AKIHensa
AKIHensa Penulis

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Memahami Makna Berpuasa

10 Maret 2024   20:33 Diperbarui: 10 Maret 2024   20:55 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memahami Makna Berpuasa
Ramadan Kareem Ilustrasi by Freepic

Berpuasa itu menahan diri dari mulai terbit fajar pagi hari hingga terbenam Matahari pada sore hari. Atau dari waktu setelah Subuh hingga waktu Maghrib. Menahan diri dari apa? 

Menurut definisi yang paling sederhana puasa adalah menahan diri dari minum dan makan dan segala yang membatalkan puasa selama satu hari penuh, semata-mata hanya mengharap Ridho Allah. 

Sedangkan puasa dalam arti lebih dalam adalah selain menahan diri dari minum dan makan, juga menahan diri dari berhubungan suami istri, berbicara  kotor, membicarakan kejelekan orang lain dan melatih kesabaran. 

Semua itu hanya berdasarkan kepada harapan Ridho Allah semata. Tidak berdasarkan kepentingan lainnya. 

Oleh karena itu berpuasanya seorang hamba memiliki tingkatan-tingkatan berdasarkan kualitas dari cara berpuasa mereka. 

Hal ini karena ibadah puasa itu merupakan ibadah yang khusus dan istimewa di hadapan Allah SWT. 

Mari kita simak bagaimana tingkatan-tingkatan orang yang berpuasa menurut ajaran dari Rasulullah SAW. 

Pertama adalah Tingkatan Puasa yang paling bawah adalah berpuasanya orang-orang awam. 

Puasa orang awam ini adalah cara berpuasa dengan sekedar menahan diri dari makan dan minum tetapi tidak mampu menahan diri dari perbuatan makruh seperti bergunjing. 

Tingkatan cara berpuasa seperti ini mungkin banyak di antara kita termasuk saya. Hal  itu berarti cara berpuasanya masih perlu ditingkatkan. 

Kedua adalah Tingkatan Puasa lebih tinggi yaitu berpuasanya orang-orang khusus. 

Puasa  orang-orang khusus ini adalah mereka yang berpuasa dengan cara menahan diri selain dari menahan diri dari makan dan minum, juga mereka mampu menahan diri dari perbuatan tidak terpuji seperti bergunjing, berkata kasar. 

Berpuasanya orang khusus ini  memiliki kemampuan mencegah pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki dan anggota badan lainnya dari perbuatan dosa. Termasuk mampu mencegah dari hal-hal yang membatalkan puasa. 

Terakhir adalah Tingkatan Puasa yang paling tinggi yaitu cara berpuasanya orang-orang khusus dari yang khusus. 

Tingkatan ini adalah cara berpuasa yang sudah mencapai level tinggi. Selain mampu menahan diri dari makan dan minum, juga dari perbuatan tidak terpuji. Mampu mencegah semua indra dari perbuatan dosa. 

Namun juga mereka mampu berpuasa dengan menjaga hati tetap bersih, fokus pada dzikir yang tertuju hanya kepada Allah, mengabaikan segala hal lain diluar rasa ingatnya kepada Allah semata. 

Kita mungkin dengan mudah menghafal di luar kepala tentang tingkatan-tingkatan cara berpuasa tersebut. 

Sangat mudah untuk menghafal tetapi sangat sulit untuk menerapkan dalam praktik menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari. 

Namun kita tidak perlu berkecil hati. Dari tahun ke tahun kita berpuasa adalah untuk meningkatkan mutu taqwa kita menjadi lebih berkualitas. Muara orang yang berpuasa itu adalah menjadi orang-orang yang bertaqwa. 

Semua itu adalah tantangan yang sangat berat, tapi berkat rasa tulus dan ikhlas serta tekad seorang hamba, maka bukan hal yang mustahil bisa menggapai tingkatan tertinggi dari cara berpuasa hamba Allah terpilih. 

Semoga kita termasuk ke dalam hamba-hamba Allah yang bertaqwa. Aamiin. 

Salam @hensa17

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun