Herry Mardianto
Herry Mardianto Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Bersyukur: Memahami Tradisi dan Lepas dari Maut

11 Maret 2024   14:44 Diperbarui: 11 Maret 2024   14:46 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersyukur: Memahami Tradisi dan Lepas dari Maut
Tradisi Arakan Sahur/Foto: indojambi.id

Kelompok tersebut-terdiri dari lima sampai sepuluh orang-berkeliling kampung secara berurutan dalam jarak waktu lima sampai sepuluh menit.

Rombongan arakan sahur selalu menjadi tontonan anak-anak yang berdiri di depan pintu rumah mereka.

Saat itu belum ada gerobak hias berisikan lampion miniatur masjid, bedug, ketupat, dan lainnya. Baru dalam Festival Arakan Sahur yang diinisiasi oleh Dinas Pariwisata dan Pemda Kuala Tungkal (sekitar tahun 1996) muncul gerobak dorong hias dalam arakan sahur. 

Saat ini musik arakan sahur naik daun karena setiap bulan Ramadan diadakan Festival Arakan Sahur dengan hadiah motor, kulkas, televisi, dan uang pembinaan.

Terbebas dari Musibah
Rasa syukur yang sangat menggetarkan,  diiringi derai air mata terjadi tahun 2014 ketika kami lolos dari maut saat  bersama empat rombongan bus peserta Jambore Sastra Banten yang hendak mengunjungi perkampungan masyarakat Badui Luar. 

Bus di bibir jurang/Foto: dokpri Hermard
Bus di bibir jurang/Foto: dokpri Hermard
Pada tanjakan terakhir, bus di depan kami tidak kuat naik. Beberapa orang dari bus lain, termasuk saya berlarian berusaha membantu mengganjal ban bus dengan kayu  seadanya. 

Saat itu hanya menemukan  potongan pohon kelapa. Malangnya, beberapa detik kemudian bus bergerak ke bawah karena potongan  pohon kelapa tak kuat menahan beban dan ikut berputar. 

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, bus bergerak ke bawah dan menghantam bus rombongan yang berisi tim utusan dari Yogyakarta dan Bali. 

Pelan-pelan bus tim Yogya-Bali bergerak ke arah bibir jurang. Begitu badan bus tiga perempatnya terperosok ke pinggir tebing, saya berlari mendekati.  

Entah kekuatan dan kehendak dari mana, spontan meraih dan memegang erat bagian bumper depan. Saya seakan-akan menjelma menjadi super hero yang seakan mampu menahan badan bus agar tidak jatuh ke jurang. 

Seandainya badan bus tidak tersangkut pohon yang tumbuh di dinding tebing, mungkin saja saya beserta dua puluh orang di dalam bus akan terjun bebas ke jurang sedalam tiga puluh meter. Alhamdulillah, Tuhan masih menyelamatkan kami. Badan bus tidak meluncur ke bawah.

Momen paling mengharukan adalah saat sopir bus tetap bertahan sambil tangannya memegang handrem dan kakinya menginjak pedal rem dalam-dalam. Lelaki berusia tak kurang dari lima puluh  tahun itu meminta semua penumpang bergerak   keluar dari jendela depan di kanan sopir yang terbuka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun