Herry Mardianto
Herry Mardianto Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Memahami Tumbuhan dan Kewarasan Cak Dlahom

27 Maret 2024   20:43 Diperbarui: 27 Maret 2024   20:50 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memahami Tumbuhan dan Kewarasan Cak Dlahom
Buku adalah jendela dunia/Foto: Hermard

Banyak kegiatan yang bisa dilakukan selama bulan Ramadan, salah satunya adalah membaca buku. Lalu pertanyaannya, buku bacaan apa yang layak disimak selama Ramadan?

Membaca buku menjadi hal penting karena dapat meningkatkan pengetahuan, memperluas wawasan, meningkatkan keterampilan berpikir kritis, dan mengurangi stres.  

Selain itu, secara pribadi, membaca bagi saya merupakan upaya merefresh ingatan dan catatan-catatan pustaka sebagai sumber ide menulis.

Artinya, buku-buku bacaan saya bisa saja tidak harus buku-buku baru, tetapi meliputi  buku lawas yang menjadi koleksi dan tersimpan di almari buku.

Secara mainstream, pada bulan Ramadan, kita biasanya lebih berfokus pada buku bacaan Islami, misalnya  memperdalam tafsir Al Qur'an, Hadits, atau membaca buku Keajaiban-keajaiban Hati (Al-Ghazali), Seni Merayu Tuhan (Husein Ja'far Al Hadar), Muslim Produktif (Muhammed Faris), Paradigma Islam rahmatan lil 'alamin (Abdurrahman Mas'ud), dan  Nalar Tasawuf sebagai Revolusi Pendidikan Islam (Istania Widayati Hidayati).

Selain buku-buku Islami, tentu bolehlah kita membuka-buka dan membaca buku sesuai dengan  minat, keinginan, serta bidang yang kita tekuni.

Ada dua buku yang  saya baca ulang di sela-sela kesibukan selama Ramadan. Kebetulan buku-buku itu merupakan buku lawas  yang tetap menarik karena menggambarkan bagaimana hubungan manusia dengan sesama, Tuhan, bahkan bagaimana manusia memaknai dirinya sendiri dalam kaitannya dengan alam semesta, memahami sangkan paraning dumadi.

Tumbuhan dan falsafah hidup/Foto: Hermard
Tumbuhan dan falsafah hidup/Foto: Hermard
Hal terakhir ini tercermin dalam buku Suta Naya Dhadhap Waru (Iman Budhi Santosa, 2017), mengedepankan filosofi hidup orang Jawa yang diangkat dari keberadaan tumbuhan: nrima ing pandum- kebersediaan menerima  takdir dengan ikhlas seperti kehidupan tumbuhan. 

Menurut Iman Budhi Santosa, hubungan wong cilik di Jawa dengan tumbuhan pada masa lalu diam-diam telah menjelma "dunia lain" di luar sejarah mainstream yang dibakukan dan dibukukan. 

Bersama tumbuhan, mereka membangun semacam "hutan lindung" yang nyaman dan aman guna menemukan identitas dan kemandirian di tengah hiruk-pikuk zaman dan perebutan kekuasaan tak henti-hentinya.

Lewat buku setebal lebih dari empat ratus halaman ini, saya disadarkan bahwa tumbuhan mencerminkan sikap hidup orang Jawa yang menerima  secara tulus dan ikhlas atas kodrat yang diterima maupun diberikan dalam kehidupan di alam semesta-nrima ing pandum (Renvile Siagian). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun