Kenangan Ramadan
Seperti tahun-tahun sebelumnya.
Kita berkejaran menunggu suara bedug.
Ditengah sawah habis dipanen.
Tubuh bergelepotan tanah sawah.
Lalu kita bertatapan penuh kejujuran.
Tanpa ada rasa apapun, meski lapar tak ketulungan.
Dan lenguh kerbau pun membuyarkan lamunan.
Saat ini bulan ramadan dan kita tak pernah tegur sapa.
Hampir satu windu kita tak ketemu.
Masing-masing menyibukan diri mencari kehidupan.
Ditanah seberang jauh kita berpisah.
Entah kita tak tahu apakah akan pulang kampung.
Atau mungkin sama sekali lupa dengan tanah kelahiran kita.
Kalau toh pulang apakah kita juga masih berkejaran disawah.
Lalu mencari daun kelapa muda untuk dijadikan ketupat.
Kerinduan ini semakin menyengat saat suara bedug itu menggema.
Dan bukan dikampung kita, tapi jauh di kampung orang.
Sahabat.
Apakah puasa kamu masih jalan dan tidak bolong-bolong.
Apakah kamu juga mendengar suara bedug yang memanggil-manggil.
Dan bergetar di hati kita.
Aku sempat melihat sebentar wajah dan namamu di majalah wanita.
Sungguh kau tidak berubah dan tambah ayu.
Akankah kau baca tulisan kenangan yang tak beraturan ini.
Kabar yang kuterima kamu sering membuka kompasiana.
Dan suara bedug di masjid pajok desa itu terus menggema.
Menunggu kehadiran kita.
Sungailiat, Bangka Akir Mei 2018