Mahéng
Mahéng Penulis

Saat ini, selain tertarik mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat, ia terus belajar menulis serta sangat terpikat pada jurnalisme dan sastra. Perspektifnya sangat dipengaruhi oleh agama dan filsafat.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Stop Merasa Hidup Sia-Sia! Temukan Cara Meningkatkan Efektivitas Hidup di Kelas 7 Habits Gusdurian Jogja

16 Maret 2024   02:57 Diperbarui: 18 Maret 2024   01:45 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stop Merasa Hidup Sia-Sia! Temukan Cara Meningkatkan Efektivitas Hidup di Kelas 7 Habits Gusdurian Jogja
Ilustrasi membangun kebiasaan positif dalam hidup. Sumber: KOMPAS.com

2. Skala Proses Kematangan

Prinsip kedua berfokus pada skala proses kematangan:

  • Kamu (Dependensi): Kita semua bergantung pada orang lain, seperti anak kecil bergantung pada ibunya untuk belajar berbicara, kemudian belajar di sekolah agar dapat membaca dan mengenal huruf, hingga mampu menulis.
  • Aku (Independen): Selanjutnya adalah tahap mandiri, seiring bertambahnya usia kita sudah dapat membuat artikel di Kompasiana tanpa terlalu banyak bantuan dari orang lain.
  • Kita (Interdependen): Bekerja sama, misalnya menulis artikel antologi atau sejenisnya di panggung kolaborasi dan berinteraksi dengan komunitas di acara Temu Kompasiana.

3. Siklus "Lihat, Buat, Dapat"

Siklus ini menjadi landasan transformasi diri:

  • Lihat (Cek Paradigma): Menganalisis cara pandang dan keyakinan diri sendiri.
  • Buat (Perilaku): Melakukan tindakan yang selaras dengan paradigma baru.
  • Dapat (Hasil): Mendapatkan hasil yang diinginkan dan memperkuat paradigma baru.

Membangun Kebiasaan Efektif: Menemukan Keseimbangan Pengetahuan, Keinginan, dan Keterampilan

Membangun kebiasaan efektif bukanlah perkara yang mudah. Dibutuhkan kombinasi tepat dari pengetahuan, keinginan, dan keterampilan. 

Pengetahuan (Apa yang Harus Dilakukan, Mengapa?) adalah paradigma teoritis, maka sangat penting untuk memiliki paradigma yang tepat. Kebiasaan yang berubah karena perubahan paradigmatik akan jauh lebih kuat dibandingkan dengan perubahan yang dipaksakan. 

Misalnya, jika paradigma menulis di Kompasiana adalah sebagai transfer pengetahuan, itu akan lebih baik daripada "asal nulis" karena ada tugas menulis dari dosen.

Kedua adalah Keinginan (Mau Melakukan), memiliki motivasi yang kuat: Menemukan alasan kuat dan tujuan yang jelas untuk membangun kebiasaan baru.

Ketiga adalah Keterampilan (Bagaimana Melakukan), ini berbicara terkait strategi. 

Untuk menjadikan sesuatu sebagai kebiasaan dalam kehidupan kita, harus memiliki ketiganya: pengetahuan (apa yang harus dilakukan, mengapa), keinginan (mau melakukan), dan keterampilan (bagaimana melakukan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun