IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Penulis

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Paradigma Baru Kegiatan Ramadan bagi Peserta Didik

14 Maret 2024   10:22 Diperbarui: 15 Maret 2024   03:54 1250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paradigma Baru Kegiatan Ramadan bagi Peserta Didik
Ilustrasi--Kegiatan Diklat Pesantren Kilat di Yayasan Pondok Pesantren Daarul Hikmah Al-Amal Al-Islamy. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Oleh: IDRIS APANDI
(Praktisi Pendidikan)

Seiring dengan datangnya bulan Ramadan, sekolah pun menyesuaikan kegiatannya, mulai dari penyusunan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) khusus bulan Ramadan, pesantren kilat, buka bersama, acara bakti sosial, dan sebagainya. 

Khusus untuk mencatat kegiatan peserta didik selama bulan Ramadan, sekolah membuat atau menyediakan buku Catatan Amaliyah Ramadan. 

Pada buku itu, peserta didik diminta untuk mengisi atau mencatat berbagai amalan selama bulan Ramadan, mulai dari shalat fardhu, shalat tarawih, tadarus Al Quran, dan ceramah Ramadan. 

Pada buku tersebut juga biasanya terdapat informasi terkait bulan Ramadan, seperti syarat dan rukun puasa, bacaan niat puasa, bacaan niat shalat tarawih, informasi terkait zakat fitrah, dan sebagainya.

Adanya buku itu pada dasarnya tujuannya bagus. Melatih kedisiplinan, media kontrol bagi peserta didik, orang tua, dan guru pembimbing. 

Melalui disiplin diharapkan lahir kebiasaan yang positif. Amalan-amalan baik tersebut bukan hanya dilakukan di bulan Ramadan saja, tetapi juga pada bulan-bulan berikutnya pascaramadan.

Walau demikian, jika saya perhatikan, Buku Catatan Amaliyah Ramadan lebih banyak berisi terkait amalan ritual saja. Tidak ada format untuk mencatat amalan-amalan yang sifatnya kontekstual dan membangun kecakapan hidup peserta didik. 

Misalnya, dalam 1 hari apa saja hal baik yang dia lakukan kepada orang lain, hal apa saja yang dia lakukan untuk untuk membantu orangtua di rumah seperti membereskan kamar tidur sendiri, membantu mengepel lantai, mencuci piring, mengasuh adik, menyiapkan menu buka uasa, dan sebagainya.

Jika dilihat dari perspektif pendidikan, bulan Ramadan adalah bulan untuk mendidik diri, membentuk karakter, dan membangun kepribadian yang baik. Oleh karena itu, sebaiknya bukan hanya diisi dengan aktivitas ritual saja yang hanya bermanfaat atau berdampak untuk diri sendiri, tapi juga momentum untuk membangun kecakapan sosial (life skill) seorang hamba. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun