Paradigma Baru Kegiatan Ramadan bagi Peserta Didik
Dengan demikian, selain dimensi vertikal (ibadah kepada Allah) juga ada dimensi horizontalnya (beribadah terhadap sesama makhluk). Oleh karena itu, hal ini perlu ditanamkan kepada peserta didik.
Selama bulan Ramadan, durasi waktu KBM disekolah dikurangi. Misalnya 1 jam pelajaran awalnya 40 menit menjadi 30 menit. Kalau pun ada kegiatan pesantren Ramadan, diakui atau tidak, cenderung kurang dianggap sebagai acara yang wajib dan penting untuk diikuti oleh peserta didik. Dengan kata lain, pesantren Ramadan hanya dianggap kegiatan "sunnah" oleh peserta didik.
Indikatornya, dari seluruh peserta didik, hanya sekian persen saja yang mengikutinya walau sekolah sudah mewanti-wanti bahwa semua peserta didik wajib hadir dan mengultimatum bahwa kehadiran peserta didik pada kegiatan pesantren kilat akan dihitung dan dinilai.
Realitanya, peringatan dan ultimatum tersebut kurang dianggap oleh peserta didik. Mengapa demikian?
Karena kegiatan yang biasanya berlangsung 1-3 hari tersebut hanya dianggap sebagai kegiatan temporer dan hanya sekadar mengisi waktu bulan Ramadan saja.
Selain itu, mungkin materi-materi yang disajikan pada pesantren Ramadan kurang menarik dan kurang berkaitan dengan dunia Gen-Z yang sudah sangat kritis dan sangat akrab dengan teknologi.
Materinya pesantren kilat sebaiknya dikaitkan dengan kebutuhan keseharian mereka. Misalnya hukum memanfaatkan kecerdasan buatan/Artificial Intelligence (AI) dalam pandangan Islam, menyikapi maraknya game online dan kekerasan di dunia maya dari sudut pandang Islam, tip dan trik pergaulan generasi muda menurut agama Islam, pemanfaatan aplikasi tertentu untuk menyebarkan pesan-pesan Islami, fashion show busana muslim, dan sebagainya.
Dalam memantau kegiatan peserta didik di rumah selama bulan Ramadan, sekolah perlu bekerja sama dengan orangtua, hal yang perlu ditekankan adalah Buku Catatan Amaliyah Ramadan bukan hanya sekadar diisi, tetapi harus diisi dengan sejujur-jujurnya, karena substansinya bukan pada pencatatannya. Buku itu asal diisi atau asal penuh, tetapi kepada pendisiplinan dan pembiasaan.
Orangtua dengan kesibukannya pun kadang kurang bisa memantau semua aktivitas Ramadan anaknya secara optimal. Oleh karena itu, selain dukungan, juga kepercayaan perlu ditumbuhkan kepada anak supaya mereka mengisi buku Catatan Amaliyah Ramadan dengan sejujur-jujurnya.
Bentuk dukungan yang bisa dilakukan oleh orang tua misalnya shalat fardhu dan shalat tarawih berjemaah. Tadarus di lingkungan keluarga secara berjemaah maupun mandiri. Mendengarkan ceramah, saat ini selain di masjid, juga bisa mengikuti pengajian secara online via media sosial atau melihat tayangannya di Youtube.
Kemudian pembiasaan bersedekah dan kegiatan positif lainnya. Intinya, kegiatan Ramadan diupayakan bisa menjadi sebuah pengalaman yang berharga dan bermakna bagi peserta didik. Wallaahu a'lam.