Ika Maya Susanti
Ika Maya Susanti Penulis

Lulusan Pendidikan Ekonomi. Pernah menjadi reporter, dosen, dan guru untuk tingkat PAUD, SD, dan SMA. Saat ini menekuni dunia kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Toleransi Muhammadiyah dan NU di Desa Lopang

31 Maret 2024   19:53 Diperbarui: 31 Maret 2024   20:01 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toleransi Muhammadiyah dan NU di Desa Lopang
Kegiatan syekher di Lapangan Desa Lopang yang biasa diadakan masyarakat NU, ternyata banyak disukai warga Muhammadiyah. Sumber foto: dokpri

Misalnya saat tadarus seperti yang saya ceritakan tadi. Untuk menghormati saudara dan tetangga yang NU, masyarakat Muhammadiyah memilih untuk menunda dulu pelaksanaan tadarus seusai tarawih di malam pertama.

Begitu juga dengan tradisi megengan. Megengan adalah sebuah tradisi di mana beberapa orang saling mengirim makanan ke sanak saudara atau tetangga yang ada di dekatnya.

Meski satu Ramadan terjadi perbedaan namun tetap megengan hanya berlangsung sampai sebelum masyarakat yang Muhammadiyah melaksanakan puasa. 

Meski di hari selanjutnya masyarakat yang NU belum berpuasa, tetap saja tidak ada satupun yang melakukan saling kirim syukuran atau megengan.

Sedangkan jika terjadi lebaran yang berbeda tanggalnya di mana masyarakat yang Muhammadiyah lebih sering melaksanakan terlebih dahulu, takbiran pun dilakukan dengan pengeras suara yang tidak begitu lantang. Waktunya juga terbatas tidak sampai larut malam seperti biasanya.

Sedangkan untuk silaturahmi lebaran juga dilakukan, menunggu saudara atau tetangga yang NU berlebaran di keesokan harinya.

Alasan dari semua ini adalah karena masyarakat di desa tempat saya tinggal bisa dibilang tidak ada satu pun keluarga besar yang melulu semuanya Muhammadiyah atau semuanya NU.

Jadi misalkan untuk urusan salat pun, ada musala yang biasanya mengikuti kebiasaan Muhammadiyah, tetapi yang ikut tarawih di situ juga kebanyakan orang-orang NU.

Kejadian ini terjadi di musala yang letaknya hampir berseberangan dengan rumah saya. Kebetulan musa tersebut dimiliki oleh seorang waniya yang dia bagian dari Muhammadiyah. Namun, keluarga besarnya kebanyakan orang NU.

Jadilah yang salah tarawih di tempat tersebut ya orang Muhammadiyah, juga orang NU.

Jadi di luar sana jika ada yang begitu ribut perkara perbedaan Muhammadiyah atau NU, yuk datang saja ke desa tempat saya tinggal. Karena di sini, masyarakatnya begitu hidup rukun antara yang Muhammadiyah dengan yang NU.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun