Ikrom Zain
Ikrom Zain Tutor

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Kenali Jalur Metabolisme Gulanya Sebelum Berbuka dengan yang Manis-Manis

21 Mei 2019   03:00 Diperbarui: 21 Mei 2019   03:11 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kenali Jalur Metabolisme Gulanya Sebelum Berbuka dengan yang Manis-Manis
Ilustrasi. - Dokpri

 Seluruh tahapan yang kita pelajari saat kelas XII SMA itu membutuhkan waktu yang cepat untuk mendapatkan ATP ketika berbuka puasa jika proses dimulai dari glukosa. Nah, makanan atau minuman manis tersebut memiliki jenis gula yang berbeda dengan kurma. Tidak semuanya mengandung glukosa dalam jumlah cukup. Seperti yang kita ketahui, gula itu bermacam-macam bro dan sis. Ada sukrosa, fruktosa, maltosa, galaktosa, laktosa, dan lain-lain.

Apapun jenis gulanya, tujuan utamanya adalah agar bisa menjadi glukosa lalu diubah menjadi ATP atau energi. Masing-masing jenis gula memiliki jalur metabolisme sendiri untuk bisa berubah menjadi glukosa sebelum menjadi ATP. Gampangnya, kalau kita naik kendaraan umum, pasti pernah pindah-pindah jalur kan?

Jalur yang paling cepat untuk mendapatkan glukosa itulah yang akan menghasilkan energi yang dibutuhkan tubuh selama berpuasa. Semakin panjang jalurnya, maka glukosa yang dihasilkan semakin sedikit dan akhirnya energi yang segera dibutuhkan oleh tubuh menjadi tak bisa dihasilkan.

Minuman manis, terutama yang mengandung pemanis tambahan biasanya banyak mengandung fruktosa. Nah fruktosa ini sejatinya memiliki metabolisme yang unik karena tidak dialirkan ke dalam darah. Untuk menghasilkan energi, fruktosa harus masuk pada produk antara proses glikolisis. Tentu, waktu yang dibutuhkan untuk proses ini tidak secepat glukosa. Energi yang sejatinya dibutuhkan pun tidak akan bisa tersuplai dengan cepat. Malah, fruktosa sebenarnya bersifat lipogenik atau suka lemak.

Adanya kadar fruktosa di dalam tubuh akan menyebabkan rangsangan produksi sel lemak meningkat. Gampangnya, harusnya mengirim barang menggunakan kereta ke Semarang eh malah sampai ke Yogyakarta. Atau, jika perjalanan dari Surabaya ke Jakarta yang seharusnya bisa cepat lewat Semarang, namun harus memutar dulu melalui Solo, Jogja, Purwokerto, Cirebon, baru bisa sampai Jakarta. Duh, ribet kan? Seribet hubungan sama mantan.

Perbedaan jalur metabolisme glukosa dan fruktosa. Ribet ya. Kayak hubungan sama mantan. Yang jelas, glukosa lebih mudah menghasilkan energi dibandingkan fruktosa. - Sumber: https://media.springernature.com
Perbedaan jalur metabolisme glukosa dan fruktosa. Ribet ya. Kayak hubungan sama mantan. Yang jelas, glukosa lebih mudah menghasilkan energi dibandingkan fruktosa. - Sumber: https://media.springernature.com
Selain adanya fruktosa, ada beberapa pemanis buatan yang digunakan dalam  makanan atau minuman manis. Beberapa pemanis buatan tersebut antara lain sakarin dan aspartam. Jika fruktosa menghasilkan  peningkatan rangsangan produksi sel lemak, maka pemanis buatan tersebut akan menghasilkan produk metabolisme yang berbeda.

Aspartam misalnya. Di dalam tubuh, metabolismenya akan menghasilkan metanol, fenilalanin, dan asam aspartat. Sementara, sakarin akan memiliki jalur metabolisme khusus sehingga bisa menginduksi pembentukan senyawa yang menyebabkan gangguan organ tertentu.

Selain itu, jangan lupakan pula sukralosa. Pemanis buatan yang sering terkandung di dalam sirup ini malah memiliki derajat kemanisan 600 kali lebih besar dibandingkan aspartam. Meski begitu, sukralosa akan langsung dicerna oleh tubuh dan tidak akan memberikan efek penambahan gula darah yang dibutuhkan segera saat berbuka. Jadi, manisnya gula ini boleh tinggi, namun fungsi untuk mengganti gula darah dalam tubuh yang hilang selama berpuasa tak akan bisa didapat.

Produk hasil metabolisme aspartam, sang pemanis buatan. - Sumber RdBNutrition.com
Produk hasil metabolisme aspartam, sang pemanis buatan. - Sumber RdBNutrition.com
Apa yang terjadi kemudian?

Bukan asupan gula darah (glukosa) yang bisa menghasilkan energi malah tumpukan lemak yang semakin banyak justru didapat tubuh. Bukan energi yang didapat malah proyeksi untuk timbul sebuah penyakit akan bertambah. Atau, asupan gula akan hilang begitu saja tanpa ada efek yang berarti. Bukan kenangan manis yang membuat semangat malah kenangan itu akan hilang begitu saja. Halah.

Kalau sudah begini, anjuran untuk berbuka puasa dengan makanan manis harus ditinjau ulang. Manisnya makanan atau minuman mengandung jenis gula yang apa dulu? Bisakah gula itu dirombak menghasilkan gula darah dalam waktu cepat sehingga ATP atau energi tersedia dengan mudah? Atau justru, malah menimbun lemak dan penyakit di dalam tubuh?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun