Sunan Kalijaga, Film Religi Pertama yang Saya Tonton dan Membekas di Hati
Tema Samber hari kelima yaitu tentang film religi, melemparkan saya pada memori tiga puluhan tahun lampau saat tinggal di Kota Sidoarjo. Seperti saya tulis di sini, waktu itu saya hobi nonton film di bioskop. Salah satu film yang saya tonton adalah film Sunan Kalijaga yang dibintangi oleh Deddy Mizwar.
Deddy Mizwar waktu itu masih muda, terlihat culun tapi cakep. Secara fisik cocok berperan sebagai Sunan Kalijaga, seorang wali muda yang di masa remajanya adalah pemberontak.
Sunan Kalijaga adalah salah satu tokoh terkenal dalam jajaran Walisongo, yakni para wali yang berperan besar dalam menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa.
Sunan Kalijaga lahir sekitar tahun 1400-an dari keluarga bangsawan Tuban, dari seorang bupati Tuban bernama Tumenggung Wilatikta dan istrinya Dewi Nawangrum. Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said.
Raden Said sejak kecil sudah belajar agama Islam dari guru agamanya. Tujuannya adalah supaya nilai-nilai dasar Islam dari Al-Quran dan Hadist Rasulullah SAW dapat menjadi pedoman hidup beragama yang baik baginya. Selain itu, sejak kecil Raden Said juga telah diajarkan untuk memiliki jiwa kepemimpinan terutama dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Ketika beranjak remaja, Raden Said mulai keluar dari istana/rumah jabatan dan melihat sekeliling kemudian sadar bahwa banyak rakyat kecil yang hidupnya kekurangan. Sangat bertolak belakang dengan kehidupannya sebagai anak pejabat yang serba berkelimpahan.
Awalnya, Raden Said mengungkapkan kekhawatirannya terhadap nasib rakyat kepada ayahnya. Namun, sang Ayah hanyalah raja bawahan dari kekuasaan Kerajaan Majapahit pusat, dan tidak bisa berbuat banyak. Raden Said tidak puas dengan sikap ayahnya yang tidak bertindak apapun.
Rasa solidaritas dan simpati dari Raden Said kepada rakyat Tuban membuatnya melakukan aksi nekad berupa pencurian bahan makanan di gudang Kadipaten. Setelah melakukan pencurian, Raden Said membagikannya kepada rakyat Tuban secara diam-diam. Mirip tindakan Robinhood.
Saat melakukan pencurian, Raden Said menggunakan topeng. Namun malang, aksinya ini ditiru oleh gerombolan perampok yang sesungguhnya. Saat perampok melakukan kerusuhan besar-besaran, orang bertopenglah yang ditangkap. Tapi prajurit Kadipaten salah tangkap, yang ditangkap malah Raden Said yang saat itu sebetulnya tidak melakukan apa-apa.