Finansial Sehat Saat Ramadan: Rumusnya Beda dengan Bulan Biasa
Ramadan sebentar lagi akan meninggalkan kita. Panik, nggak? Panik, dong.
Paniknya karena apa dulu? Panik karena target khatam Qur'an belum nyampe setengahnya? Panik karena baju lebaran yang dipesan belum juga datang? Panik karena belum ada stok kue kering untuk suguhan lebaran? Panik karena harga tiket mudik melonjak?
Beragam pastinya ya, tingkah polah manusia mendekati ujung Ramadan seperti ini.
Tak dapat dimungkiri, Ramadan dan kemudian Lebaran, adalah rangkaian hari-hari luar biasa yang berbeda dengan hari di bulan lainnya. Setiap orang, banyak atau sedikit, pasti telah mempersiapkan menyambut bulan nan suci ini. Walaupun yang disiapkan mungkin berbeda antara satu orang dengan yang lain.
Bicara tentang perbedaan bulan Ramadan dibandingkan bulan yang lain, pasti ada juga perbedaannya dari sisi finansial. Seperti apa bedanya dan apa yang dimaksud dengan finansial sehat?
Finansial yang sehat, atau lebih sering disebut Kesehatan Finansial adalah gambaran kondisi keuangan seseorang mencakup penghasilan yang stabil, tabungan yang cukup, dana pensiun yang bertambah, serta pengeluaran yang tetap (sumber).
Nah, dari definisi tersebut sudah kelihatan apa yang berbeda dengan finansial sehat saat Ramadan. Yang berbeda dengan bulan lainnya adalah poin keempat yaitu pengeluaran yang tetap. Mungkinkah di bulan Ramadan pengeluaran kita tetap seperti bulan-bulan lainnya? Sepertinya nggak mungkin, ya?
Sekarang coba kita list dulu apa-apa saja pengeluaran di bulan Ramadan yang berbeda dengan bulan lainnya.
1. Hidangan Berbuka dan Sahur
Sebenarnya seperti hari-hari lain, pengeluaran untuk makan pasti ada. Namun di bulan Ramadan, jika kita kalap, bisa jadi pengeluaran untuk makan ini membengkak. Godaan orang jual takjil di sepanjang jalan sangat menarik dan sayang jika diabaikan. Ibu-ibu yang sekaligus pekerja kantoran biasanya sudah lelah sepulang kerja sehingga memilih membeli makanan siap santap. Contohnya saya yang selama Senin-Jumat selalu membeli hidangan yang dijual di Ramadan Fair di kantor kami.
2. Baju Lebaran
Di hari yang suci, Idul Fitri, kita disunnahkan mengenakan pakaian terbaik. Entah bagaimana awalnya sehingga pakaian terbaik itu diartikan menjadi pakaian baru. Tentu tidak masalah jika kita memiliki anggaran untuk membeli baju baru. Jika tidak, maka sebaiknya sampaikan pada anak-anak agar mereka juga tahu untuk beli pakaian baru diperlukan effort (baca=uang), dan tidak setiap saat uang tersedia di dompet orang tua.
3. Kue Lebaran
Idul Fitri saatnya silaturahmi dan tentunya tak elok jika di hari raya ada tamu tapi tidak disuguhi kue. Hingga kue lebaran menjadi sesuatu yang khas dan harus ada pada hari lebaran. Seiring dengan harga-harga bahan pokok yang makin meroket, harga kue kering juga naik. Jika ingin menekan pengeluaran mungkin perlu dipikirkan alternatif untuk bikin kue kering sendiri. Tentu semua ada plus minesnya. Kalau bikin sendiri, bisa sedikit hemat, tapi pinggang bisa terasa remuk karena capai.
4. Tiket mudik dan oleh-oleh
Bagi orang rantau kayak saya nih, mudik is a must kalau kondisi normal. Terutama karena kedua orang tua saya masih sehat dan harus sering dikunjungi. Mudik Makassar - Malang tentu memerlukan anggaran yang tidak sedikit, terutama kalau harus satu keluarga yang mudik. Itulah mengapa kadang-kadang saya memutuskan untuk mudik sendiri, tentu atas izin suami.
5. Angpao
Seolah sudah menjadi tradisi, angpao disiapkan bukan hanya untuk kalangan keluarga alias ponakan-ponakan, namun juga untuk anak-anak kecil yang suka singgah di rumah dan niatnya memang untuk minta duit kecil.
6. Zakat/infaq/sedekah
Bulan suci saat dilipatgandakannya pahala ibadah, termasuk pahala zakat, infaq dan sedekah. Jadi sebaiknya kita menyisihkan anggaran untuk keperluan itu, dengan porsi yang agak banyak, jika percaya bahwa janji Allah benar.
Keenam item di atas dapat didetailkan lagi dengan menulis secara terperinci berapa prediksi uang yang dibutuhkan. Misalnya berapa kira-kira pengeluaran untuk makan setiap harinya, berapa baju lebaran yang akan dibeli dan berapa budget totalnya, berapa stoples kue lebaran yang ingin dibeli, berapa harga tiket mudik, dan berapa angpao yang harus disiapkan.
Setelah semua masuk dalam list, tinggal disesuaikan dengan budget yang ada. Jika melebihi budget, maka harus bisa memotong mana kiranya yang bisa dipotong.
Sedangkan item yang keenam, rumusnya agak beda. Mengeluarkan zakat, infaq, maupun sedekah, semakin banyak maka pahalanya juga akan semakin banyak. Boleh jadi secara finansial kita bangkrut dalam arti uang menipis, namun secara rohaniah kita berada dalam fase paling religius sebagai hamba yang berserah dan mentaati perintah Allah.
Kalau saya, selama hatimu terketuk untuk memberi, berilah. Karena siapa tahu itu adalah pemberian kita yang terakhir untuk orang lain.**