Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Penulis

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Sajian Kue Favorit di Lebaran: Kastengel Kesayangan

21 April 2023   22:02 Diperbarui: 21 April 2023   22:13 1064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sajian Kue Favorit di Lebaran: Kastengel Kesayangan
Kue Favorit saat Lebaran: Kastengel Kesayangan (dokumen pribadi)

Lebaran adalah hari yang istimewa. Dia adalah puncak dari masa-masa 30 hari menahan keinginan. Dia adalah gong dari segala olahan menu sahur dan buka. Dia adalah pintu masuk sebuah perayaan untuk semua orang. Bahkan untuk mereka yang tidak berpuasa sekalipun.

Puasa Ramadan, meski diwajibkan bagi yang sudah baligh,  namun orang tua biasanya mengajari anak-anaknya berpuasa sejak usia dini sekitar saat TK atau SD kelas 1. Anak-anak dibiasakan makan sahur, tidak makan selama waktu berpuasa, lalu berbuka puasa, dan salat taraweh di masjid.


Anak-anak dilibatkan dalam seluruh keseruan Ramadan hingga saat menyiapkan Lebaran. Menyiapkan masakan dan kue lebaran,  membersihkan rumah menyambut tamu, menyiapkan mudik, ikut silaturahmi ke keluarga, dan lain-lain.

Sebab itulah Ramadan dan Lebaran selalu terasa dekat di hati. Selalu dirindukan. Karena kita sudah menjalani ritualnya selama bertahun-tahun sebelum menciptakan ritual kita sendiri dengan keluarga kecil kita. 

Dan dari ritual itu, selalu ada keping memori yang menyeruak hangat menyentuh hati saat Lebaran, yang selalu ingin kita ulang untuk mendekatkan kembali Lebaran masa kecil kita.

Bagi saya, keping kecil memori itu adalah kue kering keju, alias kastengel. 

Sepanjang saya dapat mengingat, mama saya yang memang jago membuat kue dan menerima pesanan kue kering dulu, selalu menyediakan kue-kue kering bikinannya sendiri saat Lebaran. Saya masih mengingat beragam kuenya dan juga wadah-wadah fenomenal yang dipakainya. 

Nastar yang dibuat mama awalnya bukan nastar bundar namun nastar yang bentuk lonjong seperti landak dengan duri-durinya. Nastar ini akan masuk dalam wadah warna hitam. 

Jika mama membuat nastar dengan bentuk bundar, maka ia akan menancapkan sepotong cengkih kering sebagai gagang nastar dan menyebut si nastar sebagai kue jambu.   

Kastengel masuk dalam wadah kristal putih persegi panjang dan wadah ini besar. Selain nastar dan kastengel, mama juga membuat lidah kucing, chochips cookies, janhagel, dan macam-macam kue lainnya.

Saat saya SMA lalu kuliah, saya sudah ikut memberi masukan soal varian kue kering yang hendak dibuat, dan sudah membantu mama dengan porsi yang lebih besar dari sebelumnya. 

Setiap tahun ada kue kering jenis baru yang kami bikin. Wajar karena mama dulu langganan majalah Femina yang selalu ada bonus resep masakan terlebih saat edisi lebaran. Biasanya ada resep kue kering baru yang menarik untuk dicoba bikin.

Dari semua kue kering yang enak bikinan mama, juara di hati saya adalah kastengel. 

Tahun berganti dan saya kemudian menjadi seorang mama juga dan menjalani tahun-tahun di mana Ramadan dan Lebaran hadir menghangatkan rumah kami.

Saya tak sekuat dan sehebat mama saya dalam memasak dan membuat kue, namun keping kecil memori Lebaran yang menghangatkan hati itu, ingin selalu saya usahakan hadir di rumah kami.

Saya bisa jadi tidak membuat nastar, namun kastengel sebisa mungkin saya buat. Setelah tahu rasanya capai membuat kastengel bahkan hanya satu resep saja, saya mengingat mama yang tinggal di Malang dan salut pada kekuatannya dulu. 

Dulu ia selalu seperti tidak pernah capai membuat segala kerumitan bebikin kue kering dan masak hidangan Lebaran. Sekarang beliau sudah sepuh dan tiap Lebaran hanya mencicipi kue kering buatan menantunya atau beli jadi di luar.

Bagi saya, tidak ada yang dapat menggantikan kelezatan kastengel bikinan mama dulu. Resep aslinya ada di bundel resep Femina punya mama, tapi saya kadang mencoba resep kastengel lainnya di cookpad. 

Tadi siang saya kembali mencoba menghadirkan kehangatan keping kecil memori kastengel di dapur saya. Amel si bungsu saya minta membantu memberi topping keju dan ia memberi topping banyak sekali. Saya berseloroh andai saya jualan pasti merugi karena kejunya terlalu banyak. 

Amel tidak berhenti di bagian topping karena ia ingin juga memotong adonan kastengel yang sudah saya tipiskan dan siap dipotong. Ternyata miring-miring dipotongnya. Lalu ia juga mau memarut keju dan saya ajarkan caranya agar hasilnya bagus. 

Saya tahu ia memberi topping keju dan memarut keju sambil menahan keinginan mencomot keju-keju itu lalu memasukkannya ke dalam mulut, karena ia sangat doyan keju. Tapi gadis kecilku sudah memahami arti puasa rupanya dan bisa menahan diri dari godaan. Alhamdulillah. 

Bedug dan takbir bergema di kejauhan, saatnya undur diri dan menghadap kepadaNya. Selamat lebaran, maaf jika Anda berkunjung ke rumah saya dan tidak kebagian kastengel. Kami semua sedoyan itu pada si keping kecil memori pembawa kehangatan Lebaran: Kastengel Kesayangan.**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun