Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee
Ketika Curug Jadi Pelarian Selama 3 Bulan
Saya pernah berada di kondisi terpuruk di tahun 2021 dimana permasalahan pekerjaan membuat kesehatan mental saya terganggu. Kok bisa?
Kebetulan saya diminta oleh manajemen untuk memegang divisi distribusi yang menaungi kurang lebih 200 staff yang mayoritas adalah sopir dan kernet. Tugas utama adalah memastikan pengiriman lancar dari pabrik hingga ke cabang dan konsumen.
Saat itu kondisi masih Pandemi dan perusahaan tengah melakukan efisiensi pengeluaran termasuk pembelian sparepart kendaraan. Tantangan terberat saya adalah memastikan armada kondisi prima karena ini adalah senjata saya memberikan pelayanan terbaik ke konsumen.
Tidak dipungkiri kegiatan distribusi barang selama 24 jam tentu ada hambatan terjadi. Contoh sederhana tengah malam diinfokan bahwa mobil pengiriman mogok di Tol.
Bayangkan saya harus berkoordinasi dengan team mekanik kantor agar bisa meluncur ke lokasi mobil. Bahkan jika kerusakan parah, mau tidak mau harus menggunakan jasa derek yang biayanya tidak bisa dibilang murah.
Mobil mengalami kendala maka sudah dipastikan pengiriman ikut terdampak. Menerima komplain customer mengkonfirmasi pengiriman menjadi hal biasa.
Perlahan namun pasti, saya mengalami stres karena mulai banyaknya kendaraan butuh perawatan namun pengajuan sparepart harus melewati beberapa proses yang panjang.
Pernah kesal dan kesal ketika mendengar suara gadget berbunyi? Itu adalah kondisi yang saya rasakan. Sugesti ketika gadget berbunyi maka ada masalah pekerjaan yang harus saya hadapi. Dari karakter tenang adakalanya saya jadi mudah emosi untuk perkara sepele.
Permasalahan kesehatan mental jangan dianggap sepele. Perlu sikap bijak dan solusi cepat untuk mengatasinya
Berkaca pada pekerja di Jepang dimana banyak yang menunjukan ekspresi kelelahan, stres hingga depresi karena urusan pekerjaan. Pekerja ini bahkan ada yang tertidur di jalanan, area umum karena terlalu lelah fisik dan pikiran. Tidak sedikit yang melakukan aksi melukai diri sendiri karena merasa tidak mampu lagi menahan emosi diri.
Tidak mau bernasib sama, saya mencoba melakukan hal positif untuk mengurangi permasalahan dunia kerja. Cara yang saya pilih adalah memanfaatkan waktu akhir pekan untuk berwisata.
Saya dari SMA memang suka menjelajah alam dan entah kenapa muncul misi ingin mengeksplor Curug (air terjun dalam bahasa Sunda) di daerah Jawa Barat seperti Kabupaten Bogor, Kabupaten Karawang, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bandung.
Beruntunglah saya punya teman wisata yang juga memiliki hobi sama. Alhasil setiap Jumat kita mengobrol menyiapkan itinerary sederhana
- Mau ke Curug mana besok?
- Bagaimana akses kesana?
- Berapa biaya yang dibutuhkan? dan sebagainya
Saya ingin memberitahu alasan khusus kenapa saya menyukai wisata Curug khususnya di Jawa Barat.
"Curug Ibarat Berlian Yang Terpendam"
Saya masih ingat ketika iseng menelusuri jalanan di daerah Sentul, Kabupaten Bogor. Tiba-tiba menjelajahi daerah terpencil, saya melihat ada papan informasi Curug Ngumpet atau diistilahkan Air Terjun Tersembunyi.
Saya baru sadar kenapa disebut Curug Ngumpet karena letaknya yang diluar prediksi. Saya kebingungan mencari titik air terjun ini hingga saat istirahat di sebuah warung. Saya dibantu saudara pemilik warung menuju Curug tersebut.
Wow, seakan menemukan hidden gems yang jarang diketahui orang. Lokasi terpencil, masih sedikit pengunjung dan aksesnya memang membingungkan bagi yang pertama kali datang. Menaiki bukit kecil dan menelusuri sungai hingga menemukan air terjun dengan debit yang cukup besar.
Saya terpesona dan senang seakan menemukan berlian diantara tumpukan jerami. Suasana curug yang tenang, air bersih dan sepi seakan mampu menghilangkan beban pikiran sejenak.
Curug mengajarkan arti perjuangan (HIM, 2023)
Pengalaman menjelajah Curug Lalay dan Penganten di perbatasan antara Kabupaten Bogor dan Kabupaten Karawang. Sebenarnya niat awal hanya ingin menjelajah Grand Canyon Karawang dan Curug Ciomas. Namun saya mendapat informasi bahwa ada air terjun menarik jika menjelajah menyelusuri aliran sungai.
Saya baru tahu bawa jarak menuju Curug Lalay nyaris 7 kilometer dari parkiran motor. Satu persatu pengunjung yang kelelahan memilih putar balik dan tidak melanjutkan. Saya bersama teman tetap nekat menyelusuri sungai. Sesekali bertanya pada penduduk setempat tentang arah jalan menuju Curug.
Bayangkan saya menghitung ada 27 kali saya menyeberang aliran sungai. Perjalanan sekitar 1,5 jam menghantarkan saya pada Curug tersembunyi yang indah.
Disini saya belajar arti perjuangan bahwa untuk mencapai sesuatu butuh usaha ekstra, fokus dan tidak pantang menyerah. Seandainya saya ikut putar arah maka pasti tidak akan memiliki pengalaman menjelajah curug indah di tempat terpencil.
Curug mewakili ketenangan dan kejernihan (HIM, 2023)
Bukan rahasia lagi jika air Curug khususnya di dataran tinggi sangat segar, jernih dan terlihat tenang mengalir mengikuti kelokan sungai. Menjelajahi Curug Nangka, Curug Cikaracak, Curug Luhur dan beberapa curug lain di Kabupaten Bogor menjadi introspeksi diri.
Hiduplah seperti air, ia akan mengalir dengan tenang menemukan jalannya menuju Samudera.
Saya memahami bahwa rasa stres saya selama ini hanyalah hasil dari tumpukan kekhawatiran yang terlalu mengekang di pikiran. Khawatir tidak bisa memberikan pelayanan terbaik, khawatir mengecewakan bos, takut menerima komplain dan sebagainya.
Padahal jika dipikirkan secara tenang dan jernih pasti akan asa jalan keluar dari setiap permasalahan yang muncul. Sama seperti air terjun, ia berasal dari hujan mencoba mengalir di aliran sungai. Terjatuh dari ketinggian, menimpa batu namun tetap mengikuti jalur yang sudah ada hingga perlahan menemukan jalan pasti menuju laut atau samudera.
Curug adalah cerminan kekayaan alam Indonesia (HIM, 2023)
Bersyukurlah kita tinggal di Indonesia yang memiliki kekayaan alam melimpah dengan daya tarik wisata memikat. Kita patut Bangga Berwisata di Indonesia salah satunya dengan menikmati keindahan Air Terjun atau Curug.
Di beberapa negara bahkan tidak memiliki air terjun. Bahkan Singapura sengaja membuat air terjun buatan sebagai daya tarik wisata. Indonesia sudah dibekali air terjun yang banyak tersebar di seluruh Indonesia. Pesona Indonesia yang membuat iri masyarakat di negara lain.
Entah kenapa ada kepuasan bathin tersendiri mengunjugi air terjun khususnya yang masih terawat dan dengan lingkungan asri. Ketika menjelajah air terjun kadang harus melewati jalan setapak, melewati perkebunan warga, bertemu satwa liar seperti monyet, ular dan beraneka unggas menjadi keseruan sendiri.
Wisata Curug pun kini juga telah berkontribusi besar bagi masyarakat dan pemerintah daerah setempat. Tiket masuk memberikan sumber pemasukan bagi desa dan pengelola. Masyarakat bisa berjualan makanan, minuman, ban pelampung, tempat penginapan, area parkir dan sebagainya.
Sebuah sinergi hidup yang belum tentu kita bisa temukan di kehidupan kota atau lingkungan hidup sehari-hari. Saya begitu menikmati setiap langkah perjalanan dan kenangan saat berwisata ke berbagai curug.
***
Saya ingat dari bulan Agustus hingga Oktober 2021, saya menghabiskan akhir pekan dengan menjelajahi air terjun atau curug yang ada di beberapa daerah di Jawa Barat. Bersama dengan teman yang memiliki hobi saya, kami begitu Bangga Berwisata di Indonesia.
Permasalahan dan beban kerjaan selama di kantor bisa hilang sejenak ketika menjelajahi curug. Ada perjuangan, ketenangan dan makna hidup yang bisa saya dapatkan dengan mengunjungi curug. Membuktikan bahwa Pesona Indonesia memang tiada duanya.
Saat ini saya sudah pindah ke Bali namun kelak jika saya menyempatkan diri ke Jawa Barat. Saya sudah menyiapkan agenda mengunjungi Curug lain khususnya di Cianjur, Purwakarta, Bandung Raya, Cimahi dan masih banyak lainnya. Apakah sobat pembaca punya informasi Curug menarik yang bisa saya kunjungi?
Semoga Bermanfaat
--HIM--
Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya
Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?
