Nostalgia Ramadan Masa Kecil: Pagi Berkelana Ngumpulin Makanan, Siang Ngadem Depan Kulkas
Entah dari usia berapa saya mulai dibiasakan berpuasa oleh orangtua. Yang pasti, saat masih duduk di bangku sekolah dasar, kira-kira kelas 2 atau 3 SD, sudah diharuskan berpuasa penuh alias sampai maghrib.
Tentu saja ini menjadi sebuah tantangan buat saya. Apalagi iming-imingnya baju baru lebaran. Maklum, bisa dibilang zaman dulu beli baju bagus hanya satu kali setahun, yaitu saat lebaran ^^
Kebetulan, saya menghabiskan masa kecil di desa. Banyak kegiatan-kegiatan seru yang bisa mengalihkan rasa lapar dan dahaga. Berkelana mengumpulkan makanan salah satunya.
Namanya juga anak gunung, begitu saya akrab disapa sama saudara di kota, berkelana ke sawah dan hutan sudah menjadi aktivitas sehari-hari. Apalagi ketika libur sekolah. Setiap hari minggu, saya dan teman-teman sudah berkumpul di pagi hari untuk bersama-sama main ke sawah. Tujuannya adalah untuk mencari buah keres (kersen), pakis, atau ya hanya sekadar bermain becek-becekan saja.
Saat musim hujan, kita bermain lebih jauh lagi, yaitu ke hutan desa. Di sana, kita akan mencari jamur yang tumbuh subur di tanah dataran tinggi. Ada kepuasan tersendiri saat pulang dengan menenteng jamur di tangan, meskipun hanya satu tangkai. Padahal, kalau dimasak pun, belum tentu sesemangat itu memakannya. Biasa anak-anak hanya suka aktivitasnya saja.
Saat Ramadan, kegiatan ini juga tak absen. Apalagi kala itu, libur sekolah lumayan panjang. Pada tahun 1999, ketika masa pemerintahan Gus Dur, libur sekolah bahkan sampai satu bulan selama bulan Ramadan. Sebuah kesenangan yang hakiki, terutama bagi saya yang baru belajar puasa penuh. Ya, meskipun saat libur pun kegiatannya juga bermain.
Setelah sahur, saya pergi ke masjid untuk melakukan sholat shubuh berjamaah agar mendapatkan tanda tangan imam dan centang sholat berjamaah di Buku Ramadan. Setelah itu, saya berangkat ke TPQ untuk mengaji. Di sinilah saya dan teman-teman biasanya mulai merencanakan kegiatan hari itu.
"Kemana kita hari ini?"
Lalu, berembuk menentukan kegiatan yang seru.
Hampir pasti, kegiatan bermain ke hutan atau sawah menjadi agenda yang tak terlewatkan. Setelah disepakati tujuan dan waktunya, kitapun berkumpul dan berangkat sama-sama. Tak lupa, kita juga membawa plastik, kresek, atau topi untuk wadah makanan yang akan dicari.
Biasanya, kita sudah punya tempat-tempat favorit untuk dituju. Misal di lokasi 1, kita punya tujuan mencari buah keres. Lokasi 2 untuk mencari pakis. Lokasi 3 untuk memetik buah jambu, dan seterusnya.
Jam 11 hingga jam 12 biasanya kita kembali ke rumah. Kadang membawa satu jenis makanan, kadang juga bermacam-macam. Maklum, bayanganya kayag ingin makan semuanya.
Hawa sedang panas-panasnya dan rasa capek yang pastinya tak terbendung. Menjadi kebiasaan, sepulang bermain saya mencari tempat yang dingin untuk meredakan dahaga. Kulkas adalah tempat yang paling favorit.
Sesampainya di rumah, saya langsung berlarian menuju kulkas. Saya buka dan tiduran di depan pintunya. Sesekali juga mencuri-curi pandang isi kulkas sambil membayangkan kenikmatannya. Hehe. Wadah-wadah botol yang sudah berembun, di tempel-tempelkan ke kulit biar seger^^.
Saya ingat, karena saking hausnya, saya akhirnya "mokel" atau membatalkan puasa. Saya minum saat adzan dhuhur dan melanjutkan puasa lagi sampai maghrib
Dari sekian banyak cerita seru di masa kecil selama Ramadan, pengalaman tantangan puasa pertama adalah yang paling sering saya kenang. Terkadang, saya juga rindu masa-masa itu, di mana anak-anak bisa bebas bermain di alam tanpa gadget apapun.