3 Solusi Efektif agar Istri Enggak Ketagihan Jajan Takjil Tiap Hari
Bulan ramadhan merupakan momen tahunan yang selalu ditunggu-tunggu kaum muslimin di segala penjuru dunia. Di bulan ramadhan ini seluruh umat muslim meyakini banyak keberkahan di dalamnya, baik dari segi ibadah maupun berkah-berkah lain yang tentu belum bisa didapatkan di luar bulan ramadhan.
Tak hanya berburu amalan sebanyak-banyaknya selama bulan puasa, berburu takjil bagi yang tak sempat mengolah makanan menjelang berbuka, tentu ada seninya tersendiri.
Jika pada hari biasa kita jarang menemukan berbagai makanan dan penganan khas, maka selama bulan ramadhan kita disuguhi berbagai makanan yang jumlahnya bikin ngiler sekaligus bikin dompet ikutan teriak. Saking banyaknya pilihan, terkadang sampai bingung, mana yang ingin dibeli.
Bagi yang isi dompetnya sehat alias keuangannya selalu ready, tentu tak masalah. Yang jadi soal, kalau pendapatan bulanan sudah pas-pasan, memaksakan diri beli jajanan takjil hampir setiap sore, lama-lama bikin isi dompet jebol juga. Bisa-bisa saat lebaran malah
Inilah yang bikin saya komplain sama istri. Gara-gara ketagihan berburu takjil, istri jadi jarang masak, dan maunya instan. Ya saya ngerti, uang suami itu uang istri, kalau uang istri itu suami enggak boleh otak-atik. Tapi kalau begini terus, duh, repot abang, dik!
Sebenarnya saya maklum dengan kondisi istri saya yang sudah kelelahan pulang kerja hampir sore selama bulan puasa, kemudian sudah harus bersiap-siap untuk memasak menu berbuka. Makanya saya tak pernah memaksakan Ia untuk memasak, dan membeli takjil serta lauk-pauk jadi pilihan terbaik. Tapi ya, enggak tiap hari juga lah, memangnya anak-anak enggak dipikirin baju lebarannya? Belum THR untuk keponakan-keponakan istri yang jumlahnya hampir selusin.
Hidup memang berat bro, apalagi harus ekstra irit di bulan penuh berkah ini, agar idul fitri nanti berakhir dengan happy ending full barokah.
Solusi Agar Tak Selalu Berburu Takjil
Biar enggak bikin istri tersinggung dengan melarangnya beli jajan takjil tiap sore, maka saya dengan bahasa guyon beri solusi nan solutif.
Pertama, saya menawarkan diri untuk memasak dan menyiapkan menu berbuka jika istri pulang kerja di atas pukul 15.00 sore. Sebagai mantan anak kos selama menjadi mahasiswa dulu, tentu skill memasak saya tak boleh diragukan. Toh, selama menikah dan menjadi suami, saya juga terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah dan dapur. Untuk itu, solusi pertama di atas yang saya tawarkan ini adalah cara hemat paling mujarab selama bulan puasa.
Kedua, memperbanyak silaturahmi bulan puasa dengan kerabat-kerabat dekat. Biasanya sih, kalau bertamu menjelang waktu berbuka, otomatis sekalian diajak berbuka, kan? Masak iya diusir. Cara ini memang agak norak, tapi enggak masalah sih, namanya bulan ramadhan kita wajib perbanyak silaturahmi.
Ketiga, wisata religi ke masjid-masjid yang menyelenggarakan buka puasa gratis selama bulan ramadhan. Walau noraknya kebangetan dengan bawa anak istri keliling-keliling untuk cari bukaan gratis, tapi saya rasa pengurus masjid malah senang ada jamaah yang datang dan meramaikan kegiatan berbuka puasa.
Makin ramai jamaah yang memakmurkan kegiatan berbuka grastis, tentu para donatur semakin bersemangat untuk berinfak selama bulan puasa. Di sinilah letak keberkahan sesungguhnya, di mana dalam Islam menyiapkan dan memberi makan kepada orang yang sedang berpuasa, pahalanya sangat besar.
Tentu 3 solusi yang saya tawarkan di atas kepada istri, membuatnya sedikit nyengir sih. Walau akhirnya dengan suara lembut, istri saya bilang, " Bang, kita ini enggak susah-susah amat kok. Kalau ada yang praktis, ngapain ribet."
Yah..