Anak Berkurung di Kamar Saat Tamu Datang, Ada Apa?
Hari lebaran identik dengan hari untuk bersilaturahmi antar keluarga. Makanya, di rumah-rumah tertentu yang dijadikan tempat berkumpul satu keluarga besar, terlihat suasana meriah.
Jadi, bila di suatu rumah terlihat keramaian, artinya sedang kedatangan tamu. Lazimnya, para tamu tersebut membawa keluarga, yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.
Tapi, bila sebuah rumah terlihat sepi, bisa diartikan bahwa tuan rumahnya lagi bepergian mendatangi rumah keluarga lain, tentu juga dengan membawa keluarganya.
Bila sebuah rumah dalam kondisi sepi selama beberapa hari, maka kemungkinan besar tuan rumahnya mudik untuk berlebaran di daerah asalnya.
Jelaslah, anak-anak menjadi bagian dari silaturahmi lebaran, bukan sekadar pelengkap atau penggembira saja.
Bahkan, banyak sekali orang tua yang telah menyiapkan uang baru, yang nantinya akan diberikan kepada anak-anak yang datang atau yang dikunjungi, yang dikenal sebagai tradisi salam tempel lebaran.
Jika karena sesuatu hal, ada keluarga yang punya anak tapi tidak membawanya, biasanya akan ditanya oleh pihak yang dikunjungi.
Mereka yang bertamu pun, kalau di pihak tuan rumah tidak terlihat anak-anaknya yang ikut bersalaman, juga akan bertanya, kok anak-anak tak kelihatan?
Biasanya, meskipun anak-anak akan sibuk dengan dunianya sendiri, tetap akan nongol di ruang tamu untuk bersalaman dan bertukar sapa ala kadarnya.
Namun, ada saja anak yang sengaja memilih berkurung dalam kamarnya ketika tamu datang berlebaran ke rumahnya.
Kenapa si anak memilih berkurung saja di kamar? Di bawah ini diuraikan beberapa kemungkinan yang menjadi penyebabnya.
Pertama, anak tersebut kebetulan lagi sakit. Yang seperti ini, biasanya sebelum ditanya akan dijelaskan oleh orang tuanya kepada tamu yang datang
Kedua, anak tersebut punya karakter yang tidak suka keramaian, atau malas dengan suara berisik.
Orang tua yang baik seharusnya mampu membujuk si anak untuk menemui tamu sebentar saja, dengan memberi pemahaman tentang pentingnya bersilaturahmi.
Ketiga, anak yang kurang percaya diri dengan pemampilan fisiknya. Bisa jadi wajahnya banyak jerawatnya, atau badannya lagi terlalu gemuk.
Peran orang tua untuk memberi semangat dan membangun rasa percaya diri anak menjadi hal penting, agar si anak mau bersalaman dengan tamu
Keempat, anak yang takut ditanya macam-macam oleh tamunya. Misalnya, ditanya tentang rapor di sekolah atau ranking anak di kelas.
Jika sudah bukan anak-anak lagi, biasanya takut ditanya kok belum wisuda sarjana, atau kok belum bekerja, dan bahkan berlanjut kok belum menikah.
Kelima, anak yang tak suka dengan tamunya karena sudah nguping dan tahu siapa yang datang. Misalnya tamu yang datang dinilai sombong.
Keenam, anak yang lagi kesal atau ngambek dengan orang tuanya. Mungkin ia ingin melampiaskannya dengan tidak ikut nongol di ruang tamu.
Ketujuh, anak yang lagi ada kesibukan khusus, misalnya akan mengikuti ujian di kampus atau lagi menyiapkan skripsi.
Orang tua yang bijak akan mampu memberi penjelasan sebelum tamu berdatangan, agar si anak keluar sebentar, minimal sekadar bersalaman dan berbasa-basi.
Bagaimanapun juga, anak-anak nantinya akan jadi orang dewasa, dan kemampuan bersosialisasi wajib dimiliki karena tak mungkin dihindari.
Justru, dari ngobrol-ngobrol dengan tamu, terkadang muncul hal yang akhirnya menguntungkan buat si anak, misalnya memperoleh informasi tentang peluang kerja, bahkan bisa ketemu jodoh.
Benarlah kata orang, silaturahmi itu memperpanjang usia dan menambah pintu rezeki.