Target Ibadah, Lebih Penting Kuantitas atau Kualitas?
Memasang target dalam beribadah selama bulan Ramadan, tentu hal yang sangat baik. Dengan adanya target pribadi tersebut, diharapkan bisa memacu semangat untuk mewujudkannya.
Umpamanya, seseorang memasang target untuk setiap malam selama Ramadan akan melaksanakan salat tarawih di masjid, tanpa terputus sekalipun.
Maka, ketika pada suatu malam turun hujan dengan derasnya, ia tetap bersemangat berangkat ke masjid dengan memakai payung dan juga memakai jaket.
Padahal, jika saja ia tak memasang target sebelumnya, bisa jadi begitu melihat hujan deras, ia sudah tidak bersemangat ke masjid. Bukankah salat di rumah juga dibolehkan?
Demikian juga dalam memasang target melaksanakan puasa, sayang untuk membatalkannya, meskipun pada suatu hari seseorang melakukan perjalanan ke luar provinsi.
Secara ketentuan, ia boleh tidak berpuasa saat bepergian jauh, dan mengganti puasa di hari lain. Tapi, jika masih merasa kuat, ya tetap saja berpuasa.
Target lain dalam beribadah contohnya rutin membaca Al Quran, demikian juga membayar zakat, infak dan sadakah, dan sebagainya.
Tapi, ada satu hal yang perlu ditekankan, yakni jangan hanya memasang target ibadah dalam bentuk kuantitas semata-mata.
Jangan sampai ada anggapan bahwa dengan semakin sering kita beribadah, otomatis kita semakin baik. Ya, anggapan ini tidak keliru, namun tidak bisa otomatis seperti itu.
Soalnya, ada yang tak kalah penting, yakni bagaimana kualitas ibadah kita dalam setiap ibadah tersebut? Apakah dapat terlaksana dengan kualitas yang tinggi?
Nah, kira-kira bagaimana suatu ibadah disebut sebagai ibadah yang berkualitas? Tentu, yang pertama-tama niatnya betul-betul murni karena Allah.
Kemudian, ibadah berlangsung dengan khusyuk, tidak hanya dilafazkan dengan mulut, tapi dari dalam hati ikut merasakannya.
Indikator dari ibadah yang berkualitas tinggi, antara lain berdampak pada ketenangan batin si pelaku ibadah.
Makanya, jika ada seseorang yang rajin beribadah, namun masih sering berkata kasar pada orang lain, atau suka marah-marah, bisa jadi ibadahnya selama ini kurang berkualitas.
Sekali lagi, mari kita isi bulan suci Ramadan dengan memperbanyak ibadah secara bersungguh-sungguh, dalam arti kuantitas dan kualitas ibadah sama pentingnya.