Tentang Internet yang Bisa Merusak Silaturahmi Lebaran
Lebaran identik dengan aktivitas bersilaturahmi, banyak orang yang berkunjung ke rumah famili dan sahabatnya atau menerima kunjungan dari kerabat.
Pada kesempatan itulah terucap kata selamat Idul Fitri sambil saling memohon maaf lahir dan batin di antara mereka yang sedang bersilaturahmi.
Setelah itu, seharusnya akan terjadi obrolan santai untuk mengakrabkan diri, sekaligus sebagai pertanda saling menghargai antara tuan rumah dan tamu-tamunya.
Tentu, obrolan tersebut dilakukan sambil menikmati kue lebaran atau menyantap hidangan ketupat dengan lauk opor ayam yang menjadi ciri khas lebaran di negara kita.
Sayangnya, suasana keakraban tersebut bisa terganggu bila masing-masing orang yang secara fisik berdekatan itu, malah sibuk dengan gawainya sendiri.
Tak heran, ada sindiran bahwa gawai itu "mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat".
Soal mendekatkan yang jauh, tentu maksudnya betapa gampangnya chatting dengan orang yang secara fisik berada di tempat yang sangat jauh.
Masalahnya, banyak orang yang rajin meminta maaf dalam rangka Idulfitri melalui media sosial, tapi di dunia nyata seperti tidak menghargai silaturahmi secara tatap muka.
Paling tidak, karena kecanduan yang parah dengan gawai yang tersambung dengan jaringan internet, 3 periku berikut menjadi ancaman bagi terjalinnya komunikasi tatap muka langsung.
Pertama, phubbing atau kebiasaan membuka gawai terus menerus saat kumpul-kumpul, termasuk di saat bersilaturahmi di hari lebaran.
Hal ini bisa dianggap melecehkan orang lain atau tidak menghargai acara yang dihadirinya. Namun, si pelaku sendiri tidak menyadari kalau tindakannya dinilai tidak respek pada orang lain.
Kedua, FOMO atau Fear of Missing Out. Para pelaku FOMO selalu mementingkan ketersediaan jaringan internet agar mereka tetap bisa eksis di dunia maya.
Ketiga, slacktivism atau semacam perasaan telah melakukan gerakan sosial dengan memberikan lambang like, love, atau memberikan komentar di media sosial.
Ironisnya, sumbangan sosial secara langsung di dunia nyata relatif jarang dilakukan, termasuk langkanya mereka mengungkapkan like atau love di dunia nyata.
Intinya, perlu keseimbangan antara berkomunikasi di dunia nyata dan dunia maya. Ketika berinteraksi secara langsung, lupakan gawai untuk sementara.