Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Memberi dan Menerima Parsel Lebaran, Hati-hati Gratifikasi

2 April 2024   05:45 Diperbarui: 2 April 2024   05:45 1074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memberi dan Menerima Parsel Lebaran, Hati-hati Gratifikasi
Ilustrasi parsel produk UMKM di Karawang, Jawa Barat. |dok. Kompas.com/FARIDA.

Bisnis bingkisan Lebaran yang dikemas dalam bentuk parsel menemukan momentum terbaiknya pada hari-hari menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Parsel biasanya berisi beberapa jenis barang, baik produk-produk keluaran pabrik atau bahkan produk impor yang mahal, maupun produk UMKM lokal.

Barang-barang tersebut ditata sedemikian rupa dalam kemasan sebuah keranjang unik yang menarik dan bernilai seni.

Kebanyakan barang tersebut bukan hanya kue kering, tapi lazim juga berupa sajadah, sarung, mukena, hingga piring, gelas dan teko yang cantik.

Sebagai sebuah tradisi dalam rangka menjalin silaturahmi, karena orang tua zaman dahulu saling bertukar pemberian, tentu budaya bingkisan lebaran menjadi sesuatu yang baik.

Anggaplah parsel sebagai pertanda keakraban dan persaudaraan. Asal dilakukan dengan tulus dan tidak berharap dapat balasan dari orang yang kita berikan, tidak ada masalah.

Tapi, jika sudah terniat oleh si pemberi parsel bahwa apa yang diberikannya itu akan kembali lagi dalam bentuk yang lebih banyak, ini yang namanya pemberian yang tidak tulus.

Biasanya parsel dari perusahaan yang menjadi mitra kerja instansi pemerintah tertentu atau lembaga lainnya, akan "boros" memberi parsel lebaran kepada pejabat di instansi atau lembaga tersebut.

Harapannya adalah nantinya berbagai proyek di instansi itu akan jatuh ke tangan perusahaan pemberi parsel. Inilah udang di balik batunya. 

Makanya bisnis parsel dulu sebelum adanya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sangatlah booming saat menjelang lebaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun