Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.
Kata-kata Humor Tanpa Copyright
setelah lepas dari sekedar jadi pedagang
setelah lepas dari sekedar jadi pengusaha
setelah lepas dari sekedar jadi konglomerat
manusia kepingin
tak mati-mati
kalau bisa ...
Humor Menertawakan Manusia
Itu petikan sajak Manusia Kepengin Kalau Bisa karya Jose Rizal Manua. Sajak itu ia kategorikan sebagai sajak humor. Dengan intonasi, mimik, serta gaya yang khas, Jose Rizal Manua selalu mengundang tawa, tiap kali membacakannya.
"Dengan sajak humor, saya merasa lebih leluasa. Termasuk, menertawakan ulah manusia," ujarnya, ketika suatu hari kami ngobrol tentang sajak-sajak humor ciptaannya. Seperti petikan sajak di atas, misalnya. Ia menarasikan, betapa sangat banyak keinginan manusia. Bahkan sampai manusia kepingin tak mati-mati.
Kalau bisa. Hahaha ... Mana ada manusia yang tidak mati? Tiap manusia pasti mati. Tiap makhluk yang bernyawa ya pasti mati. Menurut Jose Rizal Manua, ia sangat serius menggarap puisi humor. Karena, untuk menciptakan sense of humor dalam puisi, perlu analisa yang mendalam. Bagi Jose, puisi humor tidak sekadar melucu, tetapi sarat dengan kritik sosial dan nilai kearifan.
Pada masa Orde Baru, karena Presiden tidak berganti-ganti, Jose menciptakan puisi Menghayal Menjadi Presiden. Puisi itu sangat singkat. Hanya empat baris. Baca deh:
Termenung di atas kloset
Menghayal,
menjadi presiden.
..........
Plung!
Sekali lagi, puisi itu selalu mengundang tawa, tiap kali Jose Rizal Manua membacakannya. Apakah ia seorang komedian? Bukan. Kita tahu, Jose Rizal Manua adalah sosok seniman multi talenta. Di tahun 70-an, ia bergabung dengan Bengkel Teater WS Rendra di Jogjakarta. Kemudian, sejak tahun 1972 hingga kini, ia berkutat berkarya di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat.
Baik sebagai penyair, deklamator, maupun sebagai pekerja teater. Bahkan, ia bertahun-tahun menjadi karyawan TIM hingga pensiun. Secara akademik, Jose Rizal Manua adalah Sarjana Seni dari Fakultas Teater, Institut Kesenian Jakarta (IKJ).
Ia kemudian melanjutkan ke jenjang Magister Bidang Film, Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Solo. Ia lantas menjadi Dosen Teater dan Film di IKJ. Pada 14 September 1988, ia mendirikan Teater Tanah Air di Jakarta. Grup teater anak yang kemudian mendunia.
Humor Tanpa Copyright