Upgrade Skill "SUKSES" Saat Ramadhan
Saya sering tertukar mengartikan hard skill atau soft skill. Padahal, keduanya mempunyai perbedaan. Hard skill merupakan keahlian yang bisa diukur. Pengukurannya bisa melalui gelar prestasi, nilai, atau sertifikat.
Berkaitan dengan Ramadhan, hard skill seseorang bisa dilihat dari sertifikat yang didapat saat menjadi panitia Ramadhan, dari hadiah doorprize saat mengajukan pertanyaan kepada penceramah, prestasi sebagai majelis taklim dengan kehadiran terbanyak, atau jumlah hari puasa selama sebulan Ramadhan.
Sementara soft skill merupakan kemampuan yang berkaitan dengan kualitas pribadi seseorang. Soft skill biasanya lebih sulit diukur dan cenderung subjektif. Namun begitu, hard skill dan soft skill sama-sama penting. Soft skill sangat bermanfaat untuk menunjang hard skill, sehingga sifat saling melengkapi ini bisa mengantarkan seseorang meraih kesuksesan Ramadhan.
Ramadhan adalah bulan yang diciptakan Allah untuk mengasah hard skill dan soft skill umat Islam. Pada kesempatan ini saya akan membahas dari sisi soft skill. Sebenarnya, banyak sekali soft skill yang diajarkan oleh Ramadhan. Namun, saya akan fokuskan ke tiga soft skill saja yang saya singkat sebagai "SUKSES"
1. Syukur
Siapa saja yang puasa, salat malam, tilawah, dzikir, sedekah, dan berniat atas nama Allah maka Allah hapus dosa-dosanya. Ladang dosa terluas pun akan diberi kesempatan untuk dihapus di bulan Ramadhan ini. Maka, bersyukurlah!
Bersyukur diberi sehat sehingga bisa melakukan puasa. Bersyukur bisa bangun malam mengalahkan ngantuk sehingga bisa tahajud. Bersyukur diberi kelebihan materi sehingga bisa sedekah dengan leluasa. Bersyukur diberi sakit sehingga lebih menghargai saat kondisi sehat.
Pandai bersyukur adalah karakter untuk bahagia. Sesulit apapun tantangan yang kita hadapi, Allah pasti menyelipkan hikmah di dalamnya. Kita hanya perlu peka untuk menemukan hikmah itu, dan bersyukurlah.
Saya bersyukur pada Allah yang telah memberikan bulan Ramadhan untuk berdzikir setiap saat selama 24 jam. Karena, mungkin bulan-bulan kemarin saya lalai dan belum memohon ampunan kepada Allah. Sehingga, saya disampaikan ke Ramadhan tahun 2023 ini untuk mengerjakan amal-amal saleh yang bisa menggugurkan dosa-dosa saya.
2. Sederhana
Sederhana adalah karakter untuk hidup efektif. Kesederhanaan adalah kemampuan memelihara ketulusan, melihat inti dan memisahkannya dari pernik, memilah mana pokok dan mana cabang, dan fokus dalam menemukan hakikat. Sederhana juga berarti tidak mengada-ada, memudahkan bukan menyulitkan, dan selaras dengan hukum alam.
Dalam kehidupan sehari-hari, sikap sederhana selalu memukau banyak orang dari zaman ke zaman. Betapa efektifnya hidup dalam kesederhanaan, tetapi tidak demikian dalam praktiknya.
Saya sering menganggap kesederhanaan itu dengan hal remeh. Senyum anak ketika berhasil menyiapkan hidangan berbuka puasa, saya sepelekan. Kesabaran anak mengelola amarah saat saya kritik berlebihan, saya anggap biasa-biasa saja. Mungkin saya baru mengacungkan jempol ketika anak mendapat nilai 9 atau 10. Saya lupa bahwa yang sederhana itu bisa jadi sebuah hakikat.
Sederhana dalam puasa juga termasuk dalam hal tidak makan berlebihan saat sahur atau buka. Secukupnya saja sekadar mendapat energi untuk melakukan ibadah-badah Ramadhan lainnya. Sebab, jika makan berlebihan yang terjadi malah terasa mual atau ngantuk, sehingga menghambat ibadah-ibadah berikutnya.
3. Sabar
Sabar adalah karakter untuk sukses. Padahal, manusia punya kecenderungan untuk tidak sabar. Manusia ingin segala sesuatu berjalan sesuai rencananya. Melalui proses pendewasaanlah manusia belajar sabar dan harus punya kesabaran yang berlimpah dahulu untuk belajar sabar.
Bulan Ramadhan mendidik umat Islam melalui pemahaman yang mendalam tentang potensi dan kendala internal dan eksternal, sehingga bisa menyiapkan, menjalankan, memberikan, dan mendapatkan hasil Ramadhan terbaik dari tahun ke tahun. Lebih dari itu, kesabaran akan mengantarkan siapa saja menuju kesuksesan.
Kebayang jika saya tidak sabar menunggu waktu buka sekira 3 jam lagi, pasti saya sudah tidak sukses menjalankan puasa Ramadhan di hari pertama. Sore hari itu saat tilawah Alquran bersama keluarga, tiba-tiba rasa mual yang terasa sejak siang hari muncul kembali. Ditambah kepala kliyengan. Saya sudah bilang mau buka saja sebelum muntah. Namun, anak-anak dan suami minta saya bertahan dan rebahan saja sambil menunggu azan Maghrib. Alhamdulillaah, mual dan kliyengan mereda. Saya pun bisa berbuka.
Kualitas soft skill saya bisa jadi berbeda dengan orang lain. Tidak masalah. Yang penting berniat dan berdoa agar kualitasnya bisa di-upgrade dari Ramadhan ke Ramadhan, sehingga Ramadhan bisa diakhiri dengan kesuksesan yaitu menjadi manusia yang bertaqwa.
***