Tradisi Mudik dan Membakar Mercon di Jalan Raya
Baru sampai Nganjuk, suamiku sudah tidak fokus menyetir. Sebenarnya sejak masuk jalan raya ponorogo madiun suamiku sudah nyaris keluar jalur. Saat tidak ada pembatas jalan, mobilnya malah melaju di sebelahnya yang diperuntukkan jalur sebaliknya. Untung jalanan masih sepi.
Mungkin belum sepenuhnya terjaga, karena cuma tidur 1-2 jam dan jam 01.00 dinihari, sudah harus mempersiapkan diri pulang kampung ke Surabaya. Berharap saat subuh sudah sampai Surabaya dan sekalian shalat Ied.
Sampai Nganjuk semakin mengkhawatirkan. Jalannya mobil seperti semakin tidak terkontrol. Untungnya jalan tol sepi, jadi relatif aman.
"Istirahat dulu ke rest area, Ay! "
Anakku menyarankan. Mobilpun berbelok ke rest area. Dia membelikan kopi hitam untuk ayahnya. Karena terlalu manis, hanya diminum separuh. Separuhnya diberikan padaku. Lumayan aku bisa agak melek. Sebenarnya dari tadi sudah pengin tidur saja, tapi suamiku pasti sirik kalau dia asyik nyetir, aku malah terlelap di sampingnya.
Alhamdulillah, setelah beristirahat dan minum kopi, perjalanan lancar karena kondisi tubuh kembali fit.
Hampir sampai di Surabaya, mau keluar tol waru malah keliru ambil rute yang salah. Akhirnya masih 2 kali lewat portal baru bisa lepas bebas dari jalan tol.
Rencana semula mau shalat subuh dan shalat Ied di Masjid Nasional Akbar Surabaya. Tapi waktu sudah menunjukkan pukul 05.00. Kalau tidak segera berhenti shalat bisa telat subuh.
Akhirnya kami menemukan Masjid Agung Kauman. Alhamdulillah, nyaman untuk shalat dan diterima dengan dengan baik. Kamipun menunaikan shalat subuh.
Shalat Ied akan dilaksanakan sekitar satu jam lagi. Kami memutuskan untuk shalat Ied sekalian di situ.