Perjalanan Mudik Antara Tol Madiun Surabaya
Reportase mudik?
Mungkin kalau mudik artinya mengudik, menuju udik, pulang ke Surabaya justru mengota.
Istilah apalagi, itu?
Maksudnya kembali ke Kota.
Ini karena kami tinggal di desa. Tepatnya di salah satu pelosok Kabupaten Madiun. Sedang suami asli Surabaya.
Jadi kalau pulang kampung bukan mudik, tapi mengota.
Begitulah. Pagi di saat gema takbir terdengar meriah, suami saya melajukan mobilnya ke arah jalur Surabaya.
"Pengin dolan, saja! " Kata suamiku.
Aku dan si bungsu ngikut saja apa maunya suami.
Sebelum lebaran kami sudah menyempatkan nyekar, sekarang tinggal bersilaturahmi ke tempat saudara dekat di Surabaya.
Jalanan masih lengang, dan udara masih segar.
Pepohon masih berselimut embun.
Beberapa swalayan yang kami lewati masih tutup, padahal kami butuh top up e-tol.
Akhirnya si bungsu top up lewat dompet digital. Alhamdulillah sukses, meski sempat trouble dan error.
Saat pagi pintu tol juga masih sepi, sehingga perjalanan lancar.
Tapi mencapai setengah perjalanan, laju mobil dari arah Surabaya mulai padat.
Matahari juga bersinar terik, padahal jam digital madih berada di angka 09.07 wib.
Sampai di Mojokerto kami rehat sejenak.
Berhenti di rest area km 695.
Mobil yang parkir dan banyak keluarga mulai memadati rest area.
Dalam waktu 2,5 jam kami sudah sampai di tempat adik ipar suami bersama keponakan.
Singgah sejenak untuk melanjutkan berkunjung ke tempat saudara yang lain.
Sayangnya, ternyata kami tidak berjodoh.
Kakak sepupu suami yang akan kami kunjungi, ternyata sedang berpiknik ke luar kota bersama cucu-cucunya.
Sedang kakak ipar suami dan para keponakan justru berkumpul di Sumenep, nun jauh di sana di Madura.
Ya sudah.
Habis dhuhur kami kembali ke Madiun.
Kali ini masuk tol mulai antri dan ramai.
Tidak sampai macet di gerbang tol seperti lebaran tahun lalu. Tapi lumayan antri.
Di Nganjuk hujan deras, sedang lalu lintas di jalan tol cukup padat.
Suamiku berkali-kali mengingatkan si bungsu yang nyetir.
Menjelang gerbang tol Dumpil,Madiun kami istirahat lagi.
Kebetulan di sini cuaca cerah, tidak hujan.
Rest area ramai dan padat. Deretan mobil harus antri untuk memasuki rest area.
Banyak yang parkir sampai di lahan kosong yang biasanya tak terpakai.
Kini dipenuhi deretan mobil.
Sampai di pintu keluar tol Dumpil, Madiun, sedikit antri. Tapi tidak depadat tahun lalu.
Di luar tol tidak ada antrian. Tahun lalu mengular sampai ratusan meter ke jalan raya di luar pintu tol.
Tapi ternyata kemacetan justru terjadi di jalan arah kota, terutama menuju jalan Pahlawan.
Kami lupa, kalau ini hari sabtu, alias malam minggu.
Biasanya, saat tidak lebaranpun kemacetan bisa terjadi dan baru bisa terurai sekitar 1 jam untuk rute menuju jalan pahlawan.
Di jalan pahlawan memang selalu ramai saat sabtu sore.
Di Pahlawan Street Center (PSC) terdapat ruang publik yang bisa diakses gratis.
Tempat ini menjadi tempat wisata yang disukai warga Madiun dan kota sekitarnya.
Selain tempatnya aman dan nyaman, PSC juga sangat instagramable dengan banyak spot foto menarik.
Tiruan kabah, miniatur menara Eiffel, tiruan patung merlion, dan banyak hiburan yang menarik.
Akhirnya kami putar balik untuk melalui rute jalan Thamrin.
Ternyata sepanjang rute jalan Thamrin juga padat merayap.
Membuat kami sampai rumah sudah gelap dan disambut hujan.
Menjelang maghrib kami sudah sampai rumah, tapi suasana sudah terlihat seperti malam. Gelap gulita, dan lampu-lampu harus dinyalakan.
Alhamdulillah, acara mudik sehari kali ini berjalan lancar.
Tunggu reportase mudik ke arah barat ya..
Terima kasih.
Semoga bermanfaat.