Bercengkrama Saat Mudik Idulfitri di Pantai Dewa Ruci
Kesempurnaan akan tercapai jika manusia sudah berhasil menaklukkan nafsu dalam dirinya sendiri, dan melepaskan keterikatannya pada dunia yang fana.
Berdasarkan penelitian Poerbatjaraka, cerita “Dewa Ruci” disusun dalam bahasa Jawa Tengahan dan memakai tembang gede.
Disusun sekitar abad ke-16 dan anonim. (Poerbatjaraka 1940, 11-28)
Terlepas dari adalah usul nama Dewa Ruci untuk pantai Jatimalang yang filosofi nya sangat "berat", di pantai ini justru menjadi sarana untuk bersenang-senang menghibur diri.
Kami bebas berbasah-basah ria dan melepaskan diri dari segala atribut.
Bergembira bersama, bermain pasir, mengejar kepiting, menangkap ubur-ubur dan berguling di pasir.
Sarana menarik untuk healing dan refresing.
Apalagi pantai ini relatif dekat, jika berangkat sehabis subuh, suasananya masih sejuk dan segar.
Para nelayan juga baru pulang melaut dengan tangkapan ikan segar yang menggiurkan.
Tidak salah kalau Pantai Jatimalang atau Dewa Ruci menjadi pantai favorit mengisi mudik lebaran dan bercengkrama bersama saudara.