Merajut Kisah Berbuka bersama Teman Lama
Berbuka bersama dengan teman lama?
Lho....?
Kalau ada teman lama yang mengajak berbuka bersama, saya sih yes! Tapi masalah nya bukan di situ.
Kalau berbicara teman lama, maksudnya teman TK, SD, SMP, SMA? Jauhhhh....
Bagaimana tidak jauh, waktu sekolah SD sampai SMA, saya tinggal di Purworejo, sebuah Kota kecil di Jawa Tengah. Sedang sejak menikah, saya tinggal di Madiun, Jawa Timur mengikuti suami.
Kalau yang mengajak bukber teman-teman di Purworejo, ya jawaban saya no. Bisa-bisa mau berangkat buka bersama, sampainya malah saat sahur. Eh ...
Tapi kalau dekat sih, saya yes aja! Misalnya kebetulan saya pas mudik.
Mungkin kalau yang mengajak saya teman kuliah yang sama-sama tinggal di Madiun, jawaban saya malah yes! Kan dekat?
Tapi belum ada rencana untuk melakukan buka bersama, sih.
Biasanya, di sini, di mushola-mushola RT banyak yang melaksanakan buka puasa bersama. Tentunya boleh diikuti seluruh warga. Baik warga baru, maupun warga lama.
Berbuka bersama teman lama, sebenarnya sah-sah saja. Banyak manfaat yang didapat, antara lain :
1. Menjalin silaturahmi yang lama terputus.
2. Mempererat hubungan pertemanan, saat lama tidak berjumpa.
3. Bisa jadi ajang reuni.
4. Mengurangi resiko alzheimer dan demensia, sebab bisa sambil mengingat teman-teman yang telah sekian lama tidak berjumpa.
5. Menimbulkan kebahagiaan yang bagus untuk kesehatan.
6. Bisa meningkatkan rasa toleransi dan menghargai saat sudah mempunyai kehidupan yang berbeda
Buka bersama jauh lebih bermanfaat jika mempunyai tujuan bermanfaat, tidak sekedar makan bersama, selesai dan pulang ke rumah masing-masing.
Buka bersama yang bertujuan mulia, terkadang tanpa sengaja juga membawa efek kurang baik. Apalagi pertemuan sekian lama yang membawa banyak perubahan dan perbedaan pada masing-masing individu, bisa menimbulkan kesenjangan, ketidak nyamanan, bahkan salah paham.
Terkadang kita memberi pertanyaan standar, sekarang tinggal di mana, anaknya berapa, kerja di mana?
Tapi bisa jadi hal itu membuat teman lain tidak nyaman.
Bahkan biasanya, untuk teman-teman perempuan, menolak menikmati hidangan dengan alasan diet.
"Aku sekarang gemuk banget ya, beratku sudah di atas 50 kg. Makanya aku diet. Tidak makan yang manis-manis, gorengan, bersantan. Paling buah saja!"
Padahal menu yang terhidang es dawet, dan gorengan, sayurnya opor. Hohoho...pasti membuat teman lain saling melirik.
Dan yang berkata begitu biasanya justru bukan orang yang gemuk, hanya paranoid saja. Sedang saya yang gemuk, santai saja menikmati semua hidangan, yang penting porsinya diatur. Hihihi...duh nanti malah jadi ngegibah.
Terkadang ada saja teman yang seperti itu. Ada juga yang memanggil teman dengan jabatannya untuk menghargai. Misalnya,
"Hai,Pak Presdir sudah datang nih!"
"Pak anggota dewan semakin makmur,ya!"
" Bos supermarket ikut hadir nih!"
Mungkin sapaan seperti itu terlihat biasa dan menghargai teman, tapi jangan lupa, ada teman lain yang kondisinya kurang beruntung bisa minder dan merasa tersisih berada di antara "orang-orang hebat" yang dulu juga menjadi temannya.
Ada hal-hal yang harus diperhatikan jika ingin berbuka bersama teman lama, antara lain :
1. Jika sudah menikah, sebaiknya ajak keluarga.
2. Biaya berbuka ditanggung bersama, sehingga sama-sama nyaman. Kecuali ada teman yang sengaja mengundang buka bersama di rumahnya dan tak perlu memikirkan biaya.
3. Jangan mengungkit -ungkit perbedaan, atau kekurangan orang lain.
4. Jangan memamerkan kelebihan, baik kedudukan, profesi, maupun harta yang dimiliki.
5. Tetap menjaga sopan santun untuk yang berbeda jenis kelamin sekalipun dulu teman akrab. Karena kini ada hati yang harus dijaga. Eh...
Pada intinya, jangan sampai acara yang diniatkan baik, akhirnya justru berakhir buruk karena ada hal-hal yang dilanggar.
Jadi, bukber bersama teman lama?
"Oh,No!"
"Oh, yes!"
Semua tergantung pada situasi dan kondisi yang menyertai.