Ahai..Apa yang Kubaca Selama Ramadan?
Sejujurnya, saya jarang sekali membaca buku sekaligus. Lebih seringnya, saat saya ragu-ragu atau ingin mengetahui sesuatu, baru saya buka buku di bab yang sesuai dengan apa yang saya cari untuk diketahui, dari buku-buku agama koleksi suami.
Kalau ingin membaca sampai selesai, saya biasanya memilih buku ringan, baik buku pengetahuan umum, maupun yang berhubungan dengan agama.
Buku-buku berat biasanya saya baca saat ingin mendapatkan referensi yang serius dan valid. Sedang buku ringan saya baca untuk memperkaya wawasan.
Seperti Buku Jenjang-Jenjang Sufisme yang ditulis oleh Syaikh Fadhalla Haeri memperluas wawasan saya tentang apa itu Sufisme dan Islam.
Sufisme dan Islam adalah 2 hal yang tidak bisa dipisahkan, sebagaimana nurani dan kesadaran tertinggi yang tidak bisa dipisahkan dari agama.
Sufisme muncul sejak abad pertama Hijriah, sebagai bentuk perlawanan terhadap penyimpangan Islam yang dilakukan para pemimpin untuk membenarkan tujuan pribadi mereka yang suka bermewah-mewah.
Sufisme muncul tanpa gerakan terorganisir atau terdesentralisasi.
Sufisme adalah realitas terhadap kesadaran terhadap ibadah yang murni, ikhlas dan sifat luhur dalam hati.
Kunci sufisme adalah kesadaran hati, kebebasan dan keriangan jiwa dengan mengakui batas-batas lahiriah.
Menurut Syekh Ibnu Ajiba(1809 M),
"Laku sufisme bermula dari pengetahuan. Di tengahnya perbuatan, dan di penghujungnya hadiah spiritual."
Membaca buku jenjang-jenjang sufi ini memberi sisi lain dari sejarah Islam yang mungkin tidak tertulis dalam kitab-kitab Islam, sebab sufi hadir tanpa nama dan label, tapi berkembang dalam jalan yang ditempuh untuk melaksanakan perintah Allah.