Isur Suryati
Isur Suryati Guru

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Bukber dengan Teman Lama: Antara Nostalgia dan Realita

14 Maret 2024   03:51 Diperbarui: 14 Maret 2024   04:20 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukber dengan Teman Lama: Antara Nostalgia dan Realita
Dok. Pribadi FB Isur Suryati

Setiap tahun, selalu hadir satu bulan yang selalu kita nantikan kedatangannya, bak tamu agung. Bulan itu adalah bulan Ramadhan dengan segala kemuliaan dan kehangatan yang membawa kita pada momen-momen yang istimewa. 

Di antara nuansa suci dan kesederhanaan, tradisi buka bersama (bukber) menjadi panggilan yang tak terbantahkan bagi banyak orang untuk bersatu, berbagi, dan mengenang.

Kembali ke Akar Tradisi

Di tengah aroma khas hidangan Ramadhan yang menggoda, bukber bukan hanya sekadar mengisi perut, tetapi juga memenuhi hati dengan kehangatan persaudaraan. 

Bagi banyak orang, bukber adalah jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan kini, di mana kita bisa kembali ke masa-masa indah bersama teman-teman lama.

Saat duduk di atas tikar yang berserakan di ruang tamu, atau duduk di bangku rumah makan, cafe atau tempat sejenis yang cocok untuk buka bersama. Cerita-cerita masa lalu pun mulai mengalir. 

Kembali teringat akan kenangan manis di bangku sekolah, kejenakaan remaja, dan momen-momen lucu yang pernah kita alami bersama. 

Sungguh, bukber bukan sekadar ajang makan bersama, tetapi juga panggung di mana nostalgia hidup masa lalu terulang kembali.

Nostalgia dan Realita yang Beriringan

Namun, di balik kehangatan nostalgia, realita tak bisa diabaikan begitu saja. Terkadang, bukber juga menjadi panggung bagi perilaku-perilaku yang kurang positif. 

Dari perbincangan yang berlebihan tentang harta, gaya hidup, hingga ghibah yang menyelinap masuk dalam percakapan, kita diingatkan bahwa bukber bukan sekadar tentang makanan, tetapi juga sikap dan perilaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun