Buka Bersama Penghabisan
Aku mengamati Chandra ketua acara ini. Ia yang tampak paling sibuk. Lebih energik ketimbang rekan-rekannya. Chandra yang wara-wiri datang ke sekolah. Ia datang saat hari pemnelajaran, Sabtu dan Minggu. Ia juga datang di luar dua hari yang telah ditentukan itu.
Chandra telah memilihkan tempat berbuka bagi kami. Letaknya di tengah kota, di kompleks mesjid milik perguruan tinggi ternama. Tempatnya nyaman, meja tempat makannya menyebar di setiap sisi. Tempat ini berupa kafe dengan dinding-dinding yang berjendela besar.
Menu makan bagi kami telah disebar dalam grup WhatsApp. Tersedia menu tradisional nasi tutug oncom, nasi uduk, dan nasi pepes atau nasi bakar. Beraneka minuman sari buah tersedia pula. Bagi yang gemar kopi, minuman ini tersedia dalam beragam pilihan.
Saat acara buka bersama tiba kami semua berkumpul. Kami duduk di kursi-kursi yang telah Chandra pesan. Kami mendengarkan ceramah Ustadz Ayi, rekan sesama guru, menjelang beduk berbunyi. Tak lama kami segera menyantap menu pilihan masing masing. Kami makan dengan gembira. Kegembiraan seorang yang berpuasa menjalani waktu berbuka. Kegembiraan berikutnya kelak kami jemput, saat bertemu Allah pencipta alam semesta. Begitu pesan ceramah Ustad Ayi.
Chandra masih belum membatalkan puasanya. Ia berjalan ke sana ke mari mendekati meja-meja tempat kami berada. Ia ingin memastikan kami semua telah mendapatkan makanan takjil dan hidangan utama. Ia juga bolak balik menemui pelayan kafe, menyampaikan pesanan tambahan kami. Chandra mengisi hari berbuka itu dengan perkhidmatan kepada kami.
Dua bulan berlalu sejak acara sore di kafe itu. Ibu pimpinan mengirim pesan duka. Berita kepergian warga belajar bimbingan kami. Bukan kepergian biasa, namun kepergian menghadapa Sang Khalik, Ilahi Rabbi. Kepergian yang akan kita hadapi nanti. Pada saatnya kita semua akan pulang ke haribaan Allah SWT.
Berita itu begitu menghentak perasaan. Aku seakan tak percaya pada pesan yang baru kubaca. Pesan kematian yang berisikan satu nama warga belajar. Anak muda yang membaktikan waktu, tenaga, dan pikirannya bagi kami. Saat berlangsungnya acara buka bersama itu. Anak muda yang menunda waktu betbukanya demi melayani kami. Ya anak muda itu, Chandra namanya.
Selamat jalan, Chandra.