Rizky Kurnia Rahman
Rizky Kurnia Rahman Penulis

Lahir di Jogja, sekarang tinggal di Sulawesi Tenggara. Merantau, euy!

Selanjutnya

Tutup

TRADISI Pilihan

Antara Petasan dan Kepantasan

29 Maret 2023   10:13 Diperbarui: 29 Maret 2023   10:16 1125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak dapat dipungkiri, apalagi dipungkanan, bahwa petasan itu memang merugikan orang banyak. Ambil contoh, anak-anak yang menyalakan petasan ketika salat Tarawih. Sementara orang-orang atau jamaah masjid berusaha berkonsentrasi, khusyuk dalam salat, malah diganggu dengan bunyi petasan. Akhirnya, khusyuk pun tidak bisa masuk. 

Begitu pula dengan jamaah yang mendengar suara petasan saat akan ke masjid. Dia bisa saja merasa ketakutan, jangan sampai ada anak-anak jahil yang melempar petasan ke arahnya. Bisa saja bukan, namanya juga anak-anak atau remaja tanggung yang isengnya tidak tanggung-tanggung. 

Ketika waktu salat merugikan, bagaimana jika di luar waktu salat? Apakah bisa? Ya, tetap tidak boleh toh. Kalau orang pas tidak salat, ada mungkin yang sedang sakit keras. Dia butuh istrirahat, eh, maksudnya istirahat. Kalau suara petasan tiba-tiba menggelegar, maka bisa jadi sakitnya akan makin bikin ambyar. 

Begitu pula dengan bayi yang baru saja tertidur. Apakah kamu pernah punya bayi? Menghadapi makhluk mungil yang satu ini gampang-gampang susah, susah-susah gampang. Apalagi jika harus disuruh tidur. Tidak mungkin bukan kita bilang ke bayi, "Ayo, cepat tidur, Nak, ini sudah malam!" Mana dia bisa mengerti?

Para orang tua yang punya bayi harus punya 1001 cara dan strategi agar bayinya bisa tidur. Kadang cara pertama kemarin berhasil, sekarang zonk! Kadang bayi mau dibikin tidur, malah ngajak begadang. Padahal, orang tuanya sudah akan melakukan kegiatan lain. Sang istri sudah pakai baju dinas khusus. Tahu 'kan, ehem, ehem. 

Nah, ketika bayinya sudah tertidur, eh, ujug-ujug ada bunyi petasan. Bayi itu terbangun lagi. Menangis, rewel, bikin orang tuanya jadi jengkel. Kedua orang tuanya yang sudah nyaman karena buah hatinya terbang ke alam mimpi, kini harus berkutat lagi dengan meninabobokkan anaknya. Strateginya sudah beda lagi, karena sekarang bayi rewel dan menangis keras karena kaget. 

Kondisi seperti itu apakah dipikirkan oleh para pelaku petasan? Tentunya mereka susah diajak berpikir, karena masih terbilang anak-anak atau remaja yang tidak mau menggunakan otaknya. Mungkin otaknya ditinggal di rumah saja.  

Selain bayi, juga yang mirip bayi dari segi sifat dan kelakuan, yaitu: lansia. Kaum lanjut usia juga butuh ketenangan lho. Apalagi jika mereka punya indikasi penyakit jantung. Wah, bisa berabe itu! Kalau penyakit jantungnya kambuh, apakah si pelaku petasan mau bertanggung jawab? Kan pastinya tidak. 

Simbol Toleransi

Umat Islam di dunia ini tidak hanya hidup sendiri, pasti juga ada umat agama lain. Nah, jika demi merayakan Ramadhan, terus main petasan sembarangan, pastinya mengganggu umat agama lain juga. Sayangnya, mereka minoritas, jadi mungkin tidak berani protes terang-terangan. Tapi, tentunya dalam hatinya bisa ngedumel

Selain itu, para pelaku petasan juga mesti sadar, bahwa selain manusia seperti mereka, kalau masih merasa, juga begitu banyak hewan atau binatang. Mereka yang sedang tidur di malam hari jelas bisa terganggu juga. Mungkin mereka sedang bermimpi indah atau apalah, tiba-tiba terbangun. Seperti itu, bisa bikin trauma bagi hewan-hewan lho! 

Nah, menyalakan petasan di sembarang tempat bisa merugikan banyak orang, tetapi apakah benar-benar tidak boleh? Tentu saja bisa dinyalakan petasan-petasan tersebut, syaratnya memang acaranya resmi dan berada di ruang terbuka. Jaraknya pun harus aman dari masyarakat umum. Selain itu, ada petugas keamanan atau kesehatan yang siap siaga agar tidak ada yang terkena risiko kebakaran atau terkena ledakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun