Jainal Abidin
Jainal Abidin Wiraswasta

Wiraswasta

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Healing Sejarah dan Kenangan Masa Lalu

28 April 2023   23:13 Diperbarui: 28 April 2023   23:23 2348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Healing Sejarah dan Kenangan Masa Lalu
Healing sejarah dan kenangan masa lalu (dokpri)

Liburan sebaiknya dijadwalkan dengan baik. Dengan begitu bisa memperoleh manfaat optimal dari liburan tersebut.  

Liburan dapat menjadi waktu yang tepat untuk melepaskan diri dari rutinitas sehari-hari. Liburan juga dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat hubungan dengan diri sendiri dan orang-orang terdekat.

Beberapa usaha yang bisa kita lakukan agar liburan bisa mencapai manfaat maksimal diantaranya:

  • Mengambil jeda dengan teknologi
    Liburan yang dipenuhi dengan pengalaman-pengalaman alam dapat menjadi cara yang baik untuk memisahkan diri dari teknologi. Ini dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan.

  • Menemukan ketenangan batin dengan mengamati alam
    Banyak tempat liburan terutama ruang terbuka hijau yang bisa kita gunakan untuk melakukan pengamatan. Melihat alam langsung dan secara nyata dapat membantu menemukan ketenangan batin dan keseimbangan.

  • Meningkatkan kesehatan fisik melalui aktifitas fisik
    Salah satu cara yang baik untuk menambah kebugaran dan merilekskan diri adalah dengan jalan-jalan, bersepeda, berenang atau aktivitas fisik lain yang kita suka.

  • Perawatan tubuh dengan pijat
    Banyak tempat liburan menawarkan jasa pijat yang bisa membantu merilekskan tubuh dan pikiran.

  • Menemukan kedamaian dalam kegiatan sederhana
    Hanya dengan berjalan-jalan di sekitar tempat liburan, duduk di pantai atau hutan dan menikmati makanan yang lezat dengan orang yang dicintai Kadang-kadang dapat membawa kedamaian dan ketenangan yang tak ternilai.

Dalam rangka mencapai manfaat yang maksimal dari liburan sambil healing, penting untuk memilih destinasi yang sesuai dengan kebutuhan dan minat pribadi. Selain itu, menemukan waktu dan ruang untuk memfokuskan pada diri sendiri dengan tujuan penyembuhan.

Berdasarkan referensi di atas aku dan keluarga memutuskan untuk mengambil tempat healing dekat dengan kampung halamanku. Dengan usaha untuk meningkatkan kesehatan fisik kita melakukan kegiatan jalan-jalan.

Kami berangkat sekitar pukul 8 pagi. Perjalanan 15 menit dengan berkendara motor kami telah sampai ke lokasi. Sebuah gapura artistik nan megah telah menyambut kehadiran kami.

Di atas tengah gapura ada tulisan aksara jawa "Padepokan Hyang Agung Gusti Wisnu Petir". Tempat ini bukan hanya menyajikan wisata religi saja, tetapi banyak objek wisata yang terdapat di dalamnya.

Semua tempat berada dekat sekitar padepokan yang terletak di Dusun Mojo, Wajak Kidul Boyolangu, Tulungagung.

Padepokan sebenarnya berisi makam yang berada di atas gunung. Ada banyak tangga untuk menuju makam sehingga tempat ini juga dikenal dengan sebutan tangga seribu.

Konon makam keramat itu merupakan makam Eyang Agung Wisnu Petir atau dikenal sebagai Eyang Agung Tjokrokoesoemo. Beliau merupakan seorang penasehat dari kerajaan mataram yang ditugaskan oleh Sultan Ali Mughayatsyah.

Tugas Eyang Agung dikirim ke Tulungagung adalah untuk mengawasi dan membantu Tumenggung Surontani di desa wajak. Kala itu Eyang Agung tidak sendiri, beliau ditemani oleh Pangeran Alif, Pangeran Ali dan Pangeran Mangku Bumi.

Selain belajar sejarah kami juga bisa berkunjung ke beberapa destinasi wisata alam. Ada wisata alam watu klentheng, puncak gunung cilik, watu punokawan, watu bunder tri tunggal, watu teras dan gedhek, alas jati kembar, watu gantung, goa landak, serta ornamen watu kolam.

Dari semua tempat itu ada sebuah candi yang menantang untuk didaki. Candi itu bernama candi Dadi yang letaknya lebih tinggi dari makam. Selain tinggi, jalan yang dilalui hanya jalan setapak bukan lagi tangga.

Candi Dadi, gambar dari kompas.com
Candi Dadi, gambar dari kompas.com

Candi Dadi berbentuk bujur sangkar berukuran 14 x 14 meter dan tingginya 6,5 meter. Dari permukaan atas tampak bekas tembok berpenampang bulat dan berdiameter 3,35 meter. Selain itu memiliki kedalaman sekitar 3 meter, yang kemungkinan dulu sebagai bekas sumuran.

Pada waktu itu, kami memutuskan untuk tidak naik sampai ke puncak candi karena kami membawa anak kecil. Tapi aku sudah pernah berkali-kali naik ke atas candi, bahkan dulu ada alat naik berupa pring ori yang durinya digunakan untuk memanjat.

Bermodal pengalaman yang telah naik candi berkali-kali tersebut, aku merasa bangga berwisata di indonesia. Dan rasa itu, yang ingin kami sekeluarga tularkan ke generasi keluarga kami selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun