Jandris_Sky
Jandris_Sky Mahasiswa

"Manusia Kerdil Yang Berusaha Mengapai Bintang"

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Lapar Mata Saat Ramadan: Kebiasaan Sepele yang Bikin Sampah Menggunung!

14 Maret 2025   00:33 Diperbarui: 14 Maret 2025   00:33 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lapar Mata Saat Ramadan: Kebiasaan Sepele yang Bikin Sampah Menggunung!
Makanan yang terbuang akan membusuk, yang akhirnya terbuang sia-sia. (sumber foto: Jandris_Sky)

"Buka puasa berlimpah, sampah makanan bertambah! Sampai kapan kebiasaan ini?"

Ramadan adalah bulan suci yang identik dengan ibadah, kebersamaan, dan tentu saja aneka hidangan berbuka puasa yang menggoda selera. 

Namun, di balik euforia menikmati makanan berbuka, ada satu kebiasaan yang kerap luput dari perhatian: lapar mata. 

Kebiasaan ini terjadi ketika seseorang tergoda untuk membeli atau mengambil makanan lebih banyak dari yang dibutuhkan, hanya karena terlihat menggiurkan. 

Sayangnya, dampak dari lapar mata ini tidak main-main---mulai dari food waste hingga peningkatan jumlah sampah yang menggunung.

Indonesia Darurat Food Waste

Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), sekitar sepertiga dari makanan yang diproduksi untuk konsumsi manusia malah berakhir terbuang. 

Di Indonesia sendiri, sampah sisa makanan menyumbang kontribusi terbesar dalam total limbah domestik. 

Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2023 menunjukkan bahwa 41,4% sampah yang dihasilkan berasal dari makanan, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sampah plastik yang hanya 18,6%.

Pada tahun 2024, data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) mencatat bahwa 38,94% dari total sampah di Indonesia adalah sampah makanan. 

Pemerintah telah mencanangkan target pengurangan food waste hingga 55%, tetapi pencapaian ini akan sulit terwujud tanpa kesadaran masyarakat untuk mengubah kebiasaan konsumsi mereka.

Yang lebih miris, sementara sebagian masyarakat kesulitan mendapatkan makanan untuk bertahan hidup, sebagian lainnya justru membuang makanan dalam jumlah besar. 

Laporan United Nations (PBB) dalam Food Waste Index Report 2024 menyebutkan bahwa Indonesia adalah negara dengan food waste terbesar di Asia Tenggara, dengan jumlah mencapai 14,73 juta ton per tahun. 

Ironisnya, jumlah ini cukup untuk memberi makan lebih dari 30% populasi Indonesia yang masih mengalami rawan pangan.

Ramadan dan Peningkatan Sampah Makanan

Bulan Ramadan seharusnya menjadi momen untuk menahan diri, tetapi justru sering kali menjadi ajang pesta makanan yang berujung pada peningkatan food waste. 

Pasar takjil yang dipenuhi berbagai pilihan makanan dan minuman sering kali membuat masyarakat membeli secara berlebihan. 

Padahal, ketika waktu berbuka tiba, perut yang seharian kosong tidak mampu menampung semua makanan yang dibeli, sehingga banyak yang akhirnya terbuang.

Fenomena ini juga terjadi di restoran dan tempat berbuka puasa bersama (bukber), di mana porsi makanan yang dipesan sering kali berlebihan. 

Bahkan, dalam beberapa program berbagi makanan, makanan yang didonasikan tidak selalu habis dikonsumsi, sehingga berakhir menjadi sampah.

Menurut KLHK, sampah makanan di Indonesia meningkat sekitar 20% selama bulan Ramadan dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. 

Lonjakan ini terutama berasal dari makanan yang tidak habis dikonsumsi saat berbuka dan sahur, serta kemasan makanan sekali pakai yang banyak digunakan di pasar takjil dan layanan pesan-antar makanan.

Dampak Lingkungan dan Ekonomi dari Food Waste

Food waste bukan hanya masalah etika dan sosial, tetapi juga memiliki dampak serius terhadap lingkungan dan ekonomi. 

Makanan yang terbuang akan membusuk dan menghasilkan gas metana, yang merupakan salah satu gas rumah kaca penyebab pemanasan global. 

Selain itu, produksi makanan yang berujung pada food waste juga menyia-nyiakan sumber daya alam seperti air, energi, dan lahan pertanian.

Dari sisi ekonomi, food waste di Indonesia diperkirakan menyebabkan kerugian sekitar Rp551 triliun per tahun, menurut laporan Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional). 

Uang yang seharusnya bisa digunakan untuk membantu mengatasi kelaparan dan ketahanan pangan malah terbuang sia-sia dalam bentuk sampah makanan.

Solusi Mengatasi Lapar Mata dan Food Waste Saat Ramadan

Untuk mengurangi food waste selama Ramadan, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan:

1. Beli Secukupnya

Jangan tergoda untuk membeli makanan dalam jumlah besar hanya karena terlihat enak atau sedang diskon. Rencanakan menu berbuka dan sahur dengan porsi yang sesuai kebutuhan.

2. Gunakan Piring Kecil

Penelitian menunjukkan bahwa menggunakan piring yang lebih kecil dapat membantu mengontrol porsi makanan, sehingga mengurangi kemungkinan makanan tersisa.

3. Simpan dan Konsumsi Kembali Sisa Makanan

Jika ada makanan yang tersisa, simpan dengan baik di lemari es dan konsumsi kembali keesokan harinya. Jangan langsung membuang makanan hanya karena tidak habis dalam sekali makan.

4. Donasikan Makanan Berlebih

Jika memiliki makanan berlebih, pertimbangkan untuk membagikannya kepada mereka yang membutuhkan, baik secara langsung maupun melalui organisasi sosial.

5. Kurangi Penggunaan Kemasan Sekali Pakai

Gunakan wadah makanan yang dapat digunakan kembali untuk mengurangi sampah plastik dari kemasan makanan dan minuman.

6. Kompos Sisa Makanan

Jika ada sisa makanan yang benar-benar tidak bisa dikonsumsi, pertimbangkan untuk membuat kompos agar limbah tersebut bisa bermanfaat bagi lingkungan.

Lapar mata saat Ramadan memang menjadi tantangan tersendiri, terutama ketika berbagai makanan menggoda selera setelah seharian berpuasa. 

Namun, penting bagi kita untuk lebih bijak dalam mengonsumsi makanan dan menghindari food waste yang berlebihan. 

Dengan mengubah kebiasaan konsumsi, tidak hanya kita bisa mengurangi jumlah sampah makanan, tetapi juga membantu menjaga lingkungan dan memperbaiki ketahanan pangan di Indonesia.

Ramadan adalah bulan untuk berlatih kesederhanaan dan menahan diri, bukan untuk menumpuk makanan yang akhirnya terbuang sia-sia. 

Mari bersama-sama memanfaatkan momentum Ramadan untuk menjadi lebih sadar dalam memilih, mengonsumsi, dan mengelola makanan agar tidak hanya kita yang merasakan manfaatnya, tetapi juga lingkungan dan generasi yang akan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Content Competition Selengkapnya

15 Mar 2025
SEDANG BERLANGSUNG

MYSTERY TOPIC

Mystery Topic 2
blog competition  ramadan bercerita 2025  ramadan bercerita 2025 hari 13 
16 Mar 2025
Agar Bukber Lebih Bermakna
blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 14
17 Mar 2025
Berbagi Berkah Ramadan
blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 15
Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Nunggu Bedug Makin Seru di Bukber Kompasianer

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.

Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun