Waspada: Baju Lebaran Dapat Merusak Lingkungan
Fast Fashion adalah konsep industri fesyen siap pakai yang sistem produksi dan distribusinya efisien serta berharga murah. Konsep ini memang bisnis yang inovatif untuk memenuhi keinginan pasar di Asia, Afrika dan Amerika Latin yang tidak ingin selalu ketinggalan jaman dibidang fesyen dibanding Eropa dan Amerika.
Makanya tak heran jika Indonesia, sebagai salah satu negara potensial pasar fesyen, tidak pernah kekurangan sandang. Bahkan tidak sedikit pula ada yang impor pakaian bekas dari manca negara (sekarang sudah dilarang oleh Pemerintah).
Masih banyak masyarakat Indonesia yang berpikir bahwa Lebaran itu sama dengan baju baru sekeluarga. Di jaman digital seperti ini, rasanya tidak mungkin kita menggunakan pakaian yang sama dengan tahun lalu karena bisa dengan cepat terlacak dari jejak digital alias foto-foto tahun lalu.
*
Sayangnya, Fast Fashion dapat berdampak buruk kepada lingkungan, fakta diantaranya adalah:
Kebanyakan tekstil Fast Fashion yang berharga murah ini berbahan Polyester atau Nilon.
Polyester adalah bahan tekstil yang terbuat dari serat sintetis. Serat ini dibuat dari senyawa kimia, ethylene glycol, dan asam tereftalat, yang dikombinasikan dengan polyethylene terephathalate (PET) yang berasal dari minyak bumi (petroleum).
Nilon adalah bahan yang juga terbuat dari serat sintetis dan memiliki karakter yang kuat dan elastis. Nilon dibuat dari rangkaian unit yang ditautkan dengan ikatan peptida (ikatan amida) atau poliamida (PA) yang juga berasal dari minyak bumi.
Walaupun kedua bahan diatas nyaman digunakan tapi kain Polyester dan Nilon tidak ramah lingkungan, karena memerlukan bahan kimia dan energi yang tinggi dalam produksinya.
Untuk memproduksi Polyester atau Nilon seukuran kaos T-Shirt, memerlukan 2.700 liter air (sebagai perbandingan air sebanyak itu cukup untuk minum 1 orang selama 2,5 tahun). Disamping itu juga dapat menghasilkan emisi 1,715 ton CO2/tahun.
Limbah pakaian bekas berbahan Polyester dan Nilon dapat menghasilkan microfiber plastik yang tidak dapat didaur ulang dan sangat berpotensi merusak lingkungan. Menurut Kementerian LHK pada tahun 2021, limbah tekstil di Indonesia sebanyak 2,3 juta ton atau setara dengan 12% dari total sampah. Dan tidak ada limbah tekstil tersebut yang berhasil didaur ulang.
*
Karena itu masyarakat Indonesia dihimbau, bila memungkinkan:
- Hindari pakaian berbahan Polyester atau Nilon.
- Pilih pakaian berbahan katun organik (dari serat kapas alami) atau sutra (dari ulat sutra) tapi mahal ya.
- Kurangi pembelian pakaian baru (apalagi yang bekas).
- Jika memungkinkan, untuk para Pengantin sewa atau pinjam saja.
- Jika pakaian tidak bisa di daur ulang, jangan dibuang tapi hibahkan saja kepada yang memerlukan.
Selamat Merayakan Lebaran dan Hari Bumi Sedunia 2024!
**