Andri S. Sarosa
Andri S. Sarosa Insinyur

Insinyur lulusan Usakti

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Waspada: Baju Lebaran Dapat Merusak Lingkungan

28 Maret 2024   11:33 Diperbarui: 28 Maret 2024   11:35 1234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Waspada: Baju Lebaran Dapat Merusak Lingkungan
Sumber gambar: clodui.com

Emang bisa baju Lebaran merusak Lingkungan?... merusak pandangan kali??

Bukan! Gini...

Menjelang Lebaran seperti ini tidak sedikit masyarakat Indonesia yang berburu baju Lebaran di pusat-pusat perbelanjaan. Pedagang pun memamerkan berbagai macam baju Lebaran, dari yang sederhana sampai yang mewah dan dari yang murah sampai yang mahal.

Tapi tahukah Anda, ternyata limbah baju, celana, pakaian, tekstil yang kita gunakan dapat merusak lingkungan seperti layaknya limbah plastik?

*

Adalah EARTHDAY.ORG, Lembaga Non Pemerintah (NGO) yang sejak tahun 1970 menginisiasi Hari Bumi Sedunia itu selalu mengkampanyekan perlindungan terhadap Bumi dari segala bentuk kerusakan akibat ulah manusia ke seluruh negara-negara di dunia untuk masa depan anak cucu kita.

Menjelang peringatan Hari Bumi Sedunia 22 April 2024 mendatang, EARTHDAY.ORG mengusung tema "Planet vs. Plastik" dengan target pengurangan 60% produksi semua jenis plastik pada tahun 2040.

Sumber gambar: earthday.org
Sumber gambar: earthday.org

Mereka menyerukan kesadaran manusia tentang:

1) Risiko kesehatan akibat penggunaan plastik bagi mahluk hidup di dunia

2) Menghentikan penggunaan plastik sekali pakai dan mendorong PBB agar negara-negara di dunia untuk proaktif mengurangi Polusi Plastik serta menuntut diakhirinya Fast Fashion.

3) Investasi pada inovasi teknologi dan material untuk membangun dunia bebas plastik.

Nah point 2) tentang Fast Fashion inilah yang ada kaitannya dengan baju Lebaran tadi.

Fast Fashion adalah konsep industri fesyen siap pakai yang sistem produksi dan distribusinya efisien serta berharga murah. Konsep ini memang bisnis yang inovatif untuk memenuhi keinginan pasar di Asia, Afrika dan Amerika Latin yang tidak ingin selalu ketinggalan jaman dibidang fesyen dibanding Eropa dan Amerika.

Makanya tak heran jika Indonesia, sebagai salah satu negara potensial pasar fesyen, tidak pernah kekurangan sandang. Bahkan tidak sedikit pula ada yang impor pakaian bekas dari manca negara (sekarang sudah dilarang oleh Pemerintah).

Masih banyak masyarakat Indonesia yang berpikir bahwa Lebaran itu sama dengan baju baru sekeluarga. Di jaman digital seperti ini, rasanya tidak mungkin kita menggunakan pakaian yang sama dengan tahun lalu karena bisa dengan cepat terlacak dari jejak digital alias foto-foto tahun lalu.

*

Sayangnya, Fast Fashion dapat berdampak buruk kepada lingkungan, fakta diantaranya adalah:

Kebanyakan tekstil Fast Fashion yang berharga murah ini berbahan Polyester atau Nilon.

Polyester adalah bahan tekstil yang terbuat dari serat sintetis. Serat ini dibuat dari senyawa kimia, ethylene glycol, dan asam tereftalat, yang dikombinasikan dengan polyethylene terephathalate (PET) yang berasal dari minyak bumi (petroleum).

Nilon adalah bahan yang juga terbuat dari serat sintetis dan memiliki karakter yang kuat dan elastis. Nilon dibuat dari rangkaian unit yang ditautkan dengan ikatan peptida (ikatan amida) atau poliamida (PA) yang juga berasal dari minyak bumi.

Walaupun kedua bahan diatas nyaman digunakan tapi kain Polyester dan Nilon tidak ramah lingkungan, karena memerlukan bahan kimia dan energi yang tinggi dalam produksinya.

Untuk memproduksi Polyester atau Nilon seukuran kaos T-Shirt, memerlukan 2.700 liter air (sebagai perbandingan air sebanyak itu cukup untuk minum 1 orang selama 2,5 tahun). Disamping itu juga dapat menghasilkan emisi 1,715 ton CO2/tahun.

Limbah pakaian bekas berbahan Polyester dan Nilon dapat menghasilkan microfiber plastik yang tidak dapat didaur ulang dan sangat berpotensi merusak lingkungan. Menurut Kementerian LHK pada tahun 2021, limbah tekstil di Indonesia sebanyak 2,3 juta ton atau setara dengan 12% dari total sampah. Dan tidak ada limbah tekstil tersebut yang berhasil didaur ulang.

Sumber gambar: fiber2fashion.com
Sumber gambar: fiber2fashion.com

*

Karena itu masyarakat Indonesia dihimbau, bila memungkinkan:

  • Hindari pakaian berbahan Polyester atau Nilon.
  • Pilih pakaian berbahan katun organik (dari serat kapas alami) atau sutra (dari ulat sutra) tapi mahal ya.
  • Kurangi pembelian pakaian baru (apalagi yang bekas).
  • Jika memungkinkan, untuk para Pengantin sewa atau pinjam saja.
  • Jika pakaian tidak bisa di daur ulang, jangan dibuang tapi hibahkan saja kepada yang memerlukan.

Selamat Merayakan Lebaran dan Hari Bumi Sedunia 2024!

**


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun