(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id
Kisah Demam Harga, Anomali Sayur "Carter" Pesawat dan Ikan Haruan Seharga Daging Sapi
Setiap menjelang bulan Ramadhan tiba, jamak terjadi di seluruh pelosok nusantara mengalami yang namanya "demam harga" yang ditandai dengan naiknya harga-harga semua komoditas perdagangan, terutama harga bahan pokok atau kita kenal dengan sembako. Begitu juga di Kota 1000 Sungai, Banjarmasin.
Bedanya, karena Ramadhan tahun 2020 ini bersamaan dengan diberlakukannya berbagai kebijakan kedaruratan oleh pemerintah akibat pandemi covid-19 yang menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia yang mengharuskan masyarakat stay at home alias beraktifitas dari rumah, mau tidak mau, suka tidak suka, bisa tidak bisa memang membawa banyak konsekuensi di berbagai bidang, termasuk salah satunya fakta kenaikan harga beberapa bahan pokok yang tidak terelakkan.
Baca Juga : Ramadan 2020 | Sehat, Selamat, dan Memberi Manfaat
Beruntungnya, meskipun sejak hari pertama bulan Ramadhan yang jatuh pada tanggal 24 April 2020, Kota 1000 Sungai, Banjarmasin secara resmi memberlakukan PSBB alias Pembatasan Sosial Berskala Besar guna mengendalikan penyebaran covid-19, berkat kesigapan koordinatif dan juga kerja sama yang baik antar lembaga serta berbagai pihak yang berkepentingan untuk mengantisipasi dampaknya secara langsung, menjadikan fluktuasi harga-harga komoditas pangan di pasar terlihat masih dalam batas kemampuan warga secara umum.
Mungkin, ini juga ada hubungannya dengan kearifan lokal tradisi pangan Urang BANJAR yang relatif "mandiri", dimana kebutuhan pokok untuk konsumsi sehari-hari juga relatif bisa dipenuhi oleh produksi lokal, bahkan faktanya untuk beberapa komoditi seperti beras Banjar dalam beberapa tahun terakhir tetap limpuar (surplus ; bahasa Banjar).
Tapi tunggu dulu! Ada beberapa fenomena unik terkait fluktuasi harga pangan di Kota 1000 Sungai yang sepertinya hanya ada dan terjadi di Banjarmasin, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah saja yang sepertinya perlu juga diketahui masyarakat nusantara!
Salah satunya yang paling sering menyita perhatian adalah kebutuhan komoditas sayur-sayuran gunung yang selama ini sebagian besar masih didatangkan dari Pulau Jawa.
Seiring dengan semakin besarnya kebutuhan terhadap sayur-sayuran gunung, seperti wortel, kubis, kentang, bawang merah, bawang putih dll, akibat akulturasi budaya dengan para pendatang dan juga karena semakin mudahnya akses sumber informasi masal, menyebabkan ketergantungan pengiriman dari Pulau Jawa semakin akut! Akibatnya, harga dari berbagai jenis sayur gunung ini sering tidak terkontrol.
Setiap pengiriman jalur laut terhenti atau setidaknya jadwalnya tidak stabil karena berbagai sebab, umumnya yang paling sering adalah karena cuaca buruk berupa gelombang tinggi di laut Jawa, maka tidak ada pasokan sayur-sayuran gunung ke Banjarmasin dan Kalimantan Selatan, bahkan juga ke sebagian Kalimantan Tengah. Akibatnya harga sayur-sayuran gunung otomatis meroket selangit. Itupun barangnya tidak ada!
Baca Juga : Cara Cepat dan Mujarab Meredakan Sakit Kepala Tanpa Obat