Kartika E.H.
Kartika E.H. Wiraswasta

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Icip-icip Aneka Bubur Manis dari Banjarmasin

26 April 2023   23:00 Diperbarui: 26 April 2023   22:57 4590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Icip-icip Aneka Bubur Manis dari Banjarmasin
Aneka Bubur Manis dari Banjar | @kaekaha

Salah satu kekayaan kuliner nusantara yang cukup ikonik adalah ragam olahan bubur atau ada juga sebagian yang menyebutnya sebagai jenang, baik yang bercitarasa dasar manis maupun gurih-asin. Salah satunya yang mungkin paling populer adalah bubur merah-bubur putih yang biasa dijadikan salah satu ubarampe atau kelengkapan selamatan. 

Naaaah, kalau di daerah kamu ada bubur apa aja?

Sama seperti masyarakat Nusantara lainnya, Urang Banjar di Kalimantan Selatan juga mempunyai beberapa jenis olahan bubur tradisional warisan para tetuha bahari  (Bhs Banjar ; leluhur jaman dulu) yang sampai sekarang masih tetap ada dan terpelihara dengan baik, bahkan di tangan-tangan kreatif para naga alias nanang-galuh (Bhs Banjar ; pemuda-pemudi) milenial, bubur-bubur khas Banjar yang biasanya hanya menjadi kuliner kelas dua saja, sekarang sudah banyak yang mulai naik kelas.

Bubur-bubur manis yang dikemas dengan cantik itu, sekarang lebih mudah didapat di berbagai outlet dan marketplace, hingga sekarang mulai menjadi sajian wajib di berbagai even yang khususnya diselenggarakan oleh pemerintah daerah, baik di level regional maupun nasional. Lumayanlah sebagai media promosi sekaligus sebagai upaya untuk melestarikannya. 

Naaaaaaah, ini dia bubur manis khas Banjar yang wajib kamu coba jika berkesempatan jalan-jalan ke Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Bubur Randang | @kaekaha
Bubur Randang | @kaekaha

1. Bubur Randang

Mendengar nama Bubur Randang, sepertinya banyak diantara kita yang langsung connect dengan salah satu kuliner legendaris rumah makan Padang, Rendang! Betul?

Memang sih, meskipun secara fonetis keduanya mempunyai kemiripan, bahkan dalam komunikasi sehari-hari memang banyak juga yang menyebut bubur randang ini sebagai bubur rendang, terutama masyarakat non Banjar, tapi tetap saja keduanya merupakan jenis kuliner yang sangat berbeda. 

Baca Juga:  Semangkuk "Bakwan Malang Pikulan" Penawar Kerinduan

Sayangnya, sebagai salah satu olahan bubur legendaris khas Banua Banjar, bubur randang yang juga termasuk jajanan bahari atau jajanan jaman dulu ini belum ada sumber referensi yang valid terkait asal-usul namanya, bubur randang!

Bahan utama untuk membuat bubur ini adalah  sagu randang, yaitu olahan dari tepung sagu yang dibentuk bulat-bulat kecil mirip sekali dengan bahan bubur sagu mutiara, tapi sedikit lebih kasar dan berwarna kecoklatan. Ketika matang mulai cenderung berwarna bening kecoklatan.

Untuk penyajiannya, bubur randang yang bercitarasa manis gula merah atau gua aren ini akan lebih nikmat jika dicampur dengan gurihnya santan dan didinginkan sebentar di lemari pendingin atau dengan ditambahkan sedikit es batu.

Bubur Gunting | @kaekaha
Bubur Gunting | @kaekaha

2. Bubur Gunting

Bubur manis khas Banjar berikutnya adalah bubur gunting. Meskipun namanya bubur gunting tapi bukan berarti bubur ini dibuat dari gunting lho ya! Bubur manis legend ini juga berbahan dasar dari sagu.

Karena untuk membuat isian utama  bubur ini dengan cara digunting, maka bubur ini disebut bubur gunting atau ada juga yang menyebutnya sebagai bubur sagu gunting, bahkan ada juga yang menyebutnya sebagai kolak sagu gunting, karena kuah dari bubur ini memang relatif mirip dengan kuah kolak yang manis gurih dan tentunya enak banget!

3. Bubur Hintalu Karuang

Bubur yang satu ini namanya memang  paling unik dibanding dengan yang lainnya. Hintalu Karuang jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah telur (burung) Karuang.

Nama ini merujuk pada isian utama bubur berbahan beras ketan yang dibentuk bulat-bulat sebesar kelereng yang konon sangat mirip dengan telur burung karuang atau dalam dunia burung nasional lebih dikenal sebagai burung trucukan, sejenis burung cucak-cucakan yang banyak hidup di hutan-hutan Kalimantan.

Di Jawa, ada juga bubur sejenis ini tapi bulatan isinya sedikit lebih besar dan biasa di sebut sebagai jenang grendul atau ada juga yang menyebut sebagai bubur candil. Hanya saja, kuah manis gurih campuran dari santan dan gula merah pada bubur Hintalu Karuang langsung dicampur dengan isiannya sedang pada bubur Candil biasanya disiramkan ketika mau dihidangkan atau disantap.

Bubur Baayak | @kaekaha
Bubur Baayak | @kaekaha

4. Bubur Baayak

Nama bubur baayak ini diambil dari cara mengolah bahan utamanya, yaitu semacam cendol yang terbuat dari adonan tepung beras yang diayak atau disaring dengan saringan layaknya parutan kelapa dengan lobang yang lebih besar, persis seperti cara membuat cendol.

Bubur yang memang mirip cendol dari bahan beras ini disajikan dengan kuah santan yang dicampur dengan gula merah, jad rasanya juga agak mirip-mirip dengan dawet cendol. Manis gurihnya enak banget, mau!

Bubur Lakatan Hirang | @kaekaha
Bubur Lakatan Hirang | @kaekaha

5. Bubur Lakatan Hirang

Bubur lakatan hirang atau bubur ketan hitam ini sepertinya kuliner adaptasi dari para perantau asal Pulau Jawa yang bermigrasi ke Pulau Kalimantan sejak jaman kerajaan Majapahit berjaya.

Kurang lebih sama  dengan bubur ketan hitam dari Pulau Jawa, bubur Lakatan ini dalam penyajiannya juga dengan menambahkan santan bercitarasa gurih kedalam adonan lakatan hirang yang telah dibumbui dengan sedikit gula. Sehingga perpaduan citarasa keduanya selalu ngangeni siapa saja yang pernah mencobanya.

Selain bisa di santap langsung, bubur Lakatan hirang ini juga biasa dicampurkan dengan jenis bubur lain, misal dengan bubur kacang hijau atau dengan bubur kokoleh.

Bubur Kokoleh | @kaekaha
Bubur Kokoleh | @kaekaha

6. Bubur Kokoleh

Bubur Kokoleh ini merupakan bubur hasil akulturasi antara bubur sumsum dari Pulau Jawa dengan kokoleh, kudapan berkuah kinca gula merah khas dari Banjar.

Bedanya, kalau bubur sumsum teksturya sangat lembut dan biasanya berwarna putih, hingga sangat kontras dengan kuah kinca gula merah yang berwarna kecoklatan, maka wadai kokoleh, teksturnya sedikit lebih kenyal dan berwarna kehijau-hijauan.

Naaah kira-kira, kamu suka bubur yang mana, manis?

Semoga Bermanfaat!

Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun