(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id
Pengalamanku Berhadapan dengan Komplotan Maling "Musuh dalam Selimut"
Pengalaman pertama saya berhadap-hadapan langsung dengan komplotan maling yang serasa musuh dalam selimut ini, terjadi di awal tahun 2000-an ketika saya baru saja menikah dan tinggal di rumah baru di pinggiran Kota Sidoarjo, Jawa Timur.
Komplek perumahan yang saya tempati sebenarnya termasuk komplek perumahan yang sudah lumayan lama berdiri, hanya saja blok yang saya tempati, memang blok baru dan lokasinya agak jauh dari pusat perumahan, tepat di pinggir areal persawahan.
Awal mulanya, saya kehilangan mesin pompa air yang sore sehari sebelumnya baru dipasang di "dalam kamar mandi yang terkunci", berikut peralatan tukang yang sengaja ditinggal di dalam. Tapi anehnya kunci pintunya tidak rusak.
Desain rumah minimalis yang saat kejadian belum saya tempati tersebut, memang agak unik. Khusus kamar mandi, lokasinya ada di luar bangunan utama dan posisinya di belakang rumah yang berhadapan langsung dengan area persawahan terbuka yang sangat luas dan saat itu saya juga belum sanggup untuk memagarinya dengan pagar permanen.
Keanehan raibnya mesin air ini, atas dukungan RT dan semua tetangga yang saat itu rata-rata juga penghuni baru, sebenarnya akan kami laporkan ke polisi, karena kami mencium adanya ketidakberesan dari kejadian ini.
Tapi setelah mediasi dengan pengembang akhirnya tidak jadi, karena pengembang bersedia mengganti mesin air yang raib dengan unit yang baru, setelah melalui perdebatan yang panjang dengan ketua RT dan warga kami yang belum begitu banyak saat itu.
Kecurigaan kami akhirnya terbukti sekitar sebulan berikutnya.
Sudah menjadi tradisi di komplek yang saya tinggali, setiap akhir pekan apalagi kalau ada long weekend, komplek kami akan sepi seperti tidak ada penghuninya sama sekali. Sebagian besar penghuni blok kami yang keluarga muda, lebih memilih pulang kampung yang memang masih di seputaran Gerbangkertosusilo. Tahu kan dengan kawasan strategisnya Jawa Timur ini?
Kebetulan malam minggu saat itu, beberapa hari sebelumnya saya baru mengalami kecelakaan dan kaki saya masih bengkak sehingga nggak bisa kemana-mana, termasuk saat diajak istri untuk hadir di pernikahan sepupunya di Jember.
Malam itu, akhirnya saya benar-benar sendirian. Kebiasaan saya, lebih suka mematikan lampu dalam ruangan dan menyalakan lampu diluar ketika saya tidur atau sekedar bersantai saat nonton TV.
Kira-kira sekitar jam 03.00 lepas tengah malam, setelah nonton Liga Italia kesukaan saya saat itu, saya yang bermaksud mau tidur, tiba-tiba kok berhasrat untuk menengok ke jendela belakang yang mengarah langsung ke kamar mandi dan areal persawahan yang luas.
Saat itulah jantung saya serasa mau copot, karena dari jarak sekitar 10 meter, saya melihat sesosok orang dengan kepala berkelubut sarung berjalan menuju ke arah pintu rumah saya.
Beruntung lampu yang saya pasang di atas pintu yang mengarah ke belakang lumayan membantu saya mengidentifikasi sosok tersebut dan saya mengenalinya sebagai kru tukang dari pengembang yang memang sering terlihat bekerja di proyek perumahan yang sedang digarap.
Setelah berusaha mengintip ke dalam rumah melalui jendela dan dari lubang pintu bagian bawah, tiba-tiba si bapak ini mengeluarkan beberapa bundel berisi ratusan anak kunci pintu dan obeng besar yang di bawanya.
Dari sinilah misteri hilangnya pompa air saya dari dalam kamar mandi yang terkunci semuanya terbongkar!
Si oknum tukang ini mencoba membuka pintu belakang rumah saya dengan beberapa anak kunci yang di bawahnya dan memang berhasil membuka kunci pintu, tapi tidak dengan pintunya, karena saya sudah menambahkan pengaman berupa grendel di bagian atas dan juga di bagian bawah pintu.
Karena tidak bisa membuka pintu dan sepertinya mulai frustasi, dia mencoba mencongkel pintu dengan obeng besar, mendorong dan sesekali menendang dengan kakinya, tapi pintu tetap tidak bergeming. Dia tidak menyasar ke jendela, mungkin karena dia melihat ada teralis yang terpasang menghalangi.
Modus ini saya yakin sama persis dengan yang dilakukannya saat mencuri pompa air dari dalam kamar mandi saya yang terkunci dan kuncinya masih utuh sebulan sebelumnya!
Pertanyaannya, darimana si tukang ini dapat beberapa bundel anak kunci yang saya yakin jumlahnya ratusan!?
Kali ini si maling sepertinya salah perhitungan atau mungkin memang tidak survey dulu sebelum beraksi! Hingga gagal total.
Dikiranya rumah dalam keadaan kosong dan dikiranya juga pintu masih dalam keadaan original, belum ada tambahan pengaman.
Saat itu, saya sebenarnya sudah bersiap untuk segala kemungkinan!
Saya sudah mengenggam Mandau asli dari Kalimantan warisan mertua saya yang siap untuk saya "bidikkan" kapan saja, termasuk waktu si maling mengintip di tempat yang sama saat saya juga mengintipnya, yaitu di jendela belakang.
Saat sama-sama mengintip itu, jarak muka kami hanya sekitar 5 cm dan hanya terhalang kaca jendela kaca polos dan relatif tipis. Saya bisa melihat wajah berikut ekspresi si maling dengan jelas, tapi tidak dengan dia, dia hanya melihat kegelapan dari balik jendela.
Beruntungnya, saya tidak tega melakukan itu! Saya hanya menggebrak pintu sekeras-kerasnya hingga membuatnya terkejut sampai terjengkang, hingga akhirnya kabur dengan lari tunggang langgang.
Paginya, saya koordinasi dengan warga, Pak RT dan juga Kepala Satpam yang warga asli kampung untuk langsung menuju bedeng atau mess tukang dan sayangnya kami terlambat!
Menurut teman-temannya, si oknum tukang yang ternyata pemegang proyek khusus pemasangan pintu berikut kuncinya ini, bersama temannya subuh tadi pamit pulang, katanya ada musibah di kampung.
Dari hasil pertemuan dan mediasi dengan pihak pengembang, akhirnya terungkap beberapa fakta mengejutkan!
Untuk pengerjaan beberapa elemen rumah, pengembang memang menyerahkannya kepada pemborong yang berbeda-beda, termasuk pengerjaan semua panel pintu dan jendela. Cerobohnya, pengembang tidak menyadari potensi kriminal dari aktifitas ini. Terbukti, pihak pengembang benar-benar kecolongan!
Celakanya, baik pihak pengembang dan juga bosnya pemborong, mengaku sama sekali tidak mempunyai data personil dari para pemborong kerja yang mengerjakan beberapa pekerjaan di komplek kami. Waduh!
Ini yang paling unik sekaligus ngeselin! Ada fakta baru yang krusial sekaligus sangat mencengangkan yang akhirnya terungkap saat kami ke lapangan!
Berbekal anak kunci dari rumah saya, ternyata saya juga bisa membuka beberapa rumah tetangga, baik yang masih kosong maupun yang sudah berpenghuni tanpa harus merusak kunci dan pintunya. Whalaaaah!
Anehnya, pihak pengembang benar-benar baru mengetahui masalah ini. Kok bisa?
Akhirnya, pihak pengembang berniat mengganti semua perangkat kunci semua rumah di blok kami yang totalnya sekitar seratusan rumah, khususnya pintu depan dan belakang yang punya akses dari dan ke luar.
Tapi kami sepakat menolak dan lebih memilih minta uang cash untuk beli sendiri perangkat rumah kuncinya. Karena khawatir semua seragam lagi seperti sebelumnya!
Jadi, sebagai bentuk antisipasi, kalau anda membeli rumah di perumahan, baik bekas atau baru ada baiknya mengganti perangkat kuncinya, syukur-syukur secara berkala.
Terkhusus, kunci pintu yang berhubungan dengan akses keluar. Apalagi jika sering ditinggal mudik, pulang kampung atau liburan dalam jangka waktu yang relatif lumayan agak lama.
Segera diganti dengan yang baru, agar kejadian yang saya alami tidak akan terulang kepada anda!
Semoga Bermanfaat!
Salam matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!