(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id
Semua Menang, Semua Senang di "War Takjil" Pasar Wadai, Banjarmasin
Bulan suci Ramadan, bulan ke-9 dalam kalender Hijriah yang begitu agung karena beragam keistimewaannya dalam keyakinan Islam ini, telah sejak lama menjadi sumber inspirasi sekaligus katalis bagi lahir dan terbentuknya berbagai entitas budaya dengan beragam tradisi unik dan khas yang tersebar di seluruh penjuru dunia.
Salah satunya yang cukup otentik dan sekarang menjadi perhatian masyarakat di dunia adalah tradisi seputar kuliner berikut pernak-perniknya nan unik yang menyertai datangnya bulan suci ramadan.
Uniknya, syariat bagi umat Islam untuk menunaikan ibadah puasa selama sebulan penuh selama Ramadan, ternyata justeru mendorong kreatifitas umat untuk melahirkan karya-karya kuliner yang unik, khas dan tidak jarang mempunyai manfaat spesifik tertentu sebagai menu bersantap saat buka puasa.
Itu juga yang terjadi di lingkungan Urang Banjar, sebutan untuk masyarakat suku Banjar di Kalimantan Selatan yang sejak bahari (lama;bahasa Banjar) memang dikenal dengan wadai-wadai (kue;bahasa Banjar) basah Ramadannya yang termasyhur dengan citarasanya yang rerata manis dan legit.
Baca Juga Yuk! Berusaha Melazimkan Setiap Detik Waktu Kita Bernilai Ibadah
Siapa Urang Banjar yang tak kenal ragam wadai basumap (wadai basah kukus;bahasa Banjar) yang identik untuk buka puasa seperti wadai puteri selat, sari muka, sari india, hula-hula, lam, maksubah sampai beragam bingka bakar dan juga bingka barandam, si-wadai unik dan enak berkuah kinca segar.
Karena aneka wadai khasBanjar bercitarasa manis legit diatas menjadi menu pencuci mulut yang wajib ada di meja makan saat berbuka puasa, tidak heran jika akhirnya juga melahirkan tradisi pasar wadai alias pasar kue di sepanjang bulan Ramadan yang kelak semakin mendunia seiring dengan lahirnya budaya pop kekinian, berburu wadai untuk buka puasa yang sekarang lebih dikenal sebagai war takjil.
Sebenarnya tradisi beburu wadai, kemungkinan termasuk war takjil juga, khususnya ala Urang Banjar ini sudah sejak dulu ada dan beriringan dengan munculnya tradisi pasar wadai itu sendiri yang sejarahnya bisa dibaca pada artikel berjudul Perjalanan Panjang Pasar Wadai Mewarnai Ramadan di Kota Banjarmasin.
Tapi harus diakui memang, lahirnya istilah war takjil setelah pandemi covid-19 yang sempat "menghilangkan" semua tradisi Ramadan di dunia, termasuk pasar wadai yang terpaksa tidak diselenggarakan beberapa kali periode Ramadan, turut berperan mengembalikan denyut nadi bursa pasar kue Ramadan terbesar se Kalimantan ini, hingga kembali hidup dan menghidupi.
Baca Juga Yuk! Lho Mbah, Arah Kiblat Sholatnya Kok ke Arah Barat?
Content Competition Selengkapnya
MYSTERY TOPIC
Bercerita +SELENGKAPNYA
Ketemu di Ramadan

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.
Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025