(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id
Hampers Bakul Purun untuk "Green Ramadan" yang Lebih Berkah
Setiap entitas budaya di seluruh pelosok nusantara pasti mempunyai produk budaya yang menjadi ciri khas yang akhirnya menjadi semacam trade mark ataupun identitas yang melekat dan dikenali secara umum oleh masyarakat luas. Wujudnya bisa sangat beragam, salah satunya bisa jadi dipengaruhi kondisi alam dan lingkungannya.
Begitu juga dengan masyarakat suku Banjar di Kalimantan Selatan yang dikenal luas dengan budaya sungai atau rawa-nya, karena sebagian luas wilayahnya yang memang berupa ekosisten rawa. Hal menjadikan bayak produk budaya masyarakat suku Banjar yang berbasis pada hasil sungai atau rawa.
Salah satunya yang sedang naik daun adalah produk kerajinan tas tangan atau kantongan tradisional serbaguna berbahan dasar sejenis "rerumputan" yang unik, cantik, tahan lama dan pastinya ramah lingkungan yang biasa disebut sebagai bakul Purun.
Baca Juga Yuk! "Basambang" di Rawa-rawa, Bersama Julak Mamutiki Iwak
Merujuk pada namanya "bakul purun", bahan untuk membuat tas tangan tradisionalnya Urang Banjar ini adalah tanaman purun, khususnya jenis purun danau (Lepironia articulata Retz), yaitu tumbu-tumbuhan sejenis rumput-rumputan yang masih keluarga dekat dari rumput teki-tekian yang habitat aslinya di rawa-rawa atau di tepian danau.
Pemanfaatan tanaman purun dalam tradisi budaya masyarakat Banjar, tidak hanya diolah menjadi bakul purun saja tapi juga diolah menjadi berbagai macam kerajinan tangan cantik nan estetik yang sudah pasti bernilai ekonomi lumayan tinggi sebagai pernak-pernik souvenir, seperti tikar, topi, hiasan dinding, kotak tisu, bahkan juga sedotan.
Bakul purun, tas tangan atau tas jinjing serbaguna berbahan alami hasil kerajinan tradisional khas Banjar ini sangat lekat dengan aktifitas sehari-hari Urang Banjar, jauh sebelum kantongan plastik atau tas kresek yang terlanjur menjadi bagian dari budaya pop masa kini hadir dan akhirnya begitu kuat mencengkeram peradaban kehidupan kita semua.
Saat itu, secara kultural bakul purun seperti terdegradasi ke level titik terendah, sulit naik kelas untuk bersaing dengan produk tas plastik ataupun produk kerajinan yang mirip-mirip, sejenis dan serupa yang datang entah dari mana. .
Beruntung, seiring dengan tren isu seputar lingkungan yang akhir-akhir ini gaung dan pengaruhnya terhadap beberapa kebijakan publik mulai terasa membaik, berpengaruh terhadap kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kelestarian alam, terutama terkait penggunaan kantongan plastik.
Seperti mendapatkan berkah dari kepedulian masyarakat terhadap kelestarian lingkungan yang berangsur terus membaik, bakul purun sekarang selayaknya gadis cantik yang sedang ranum-ranumnya, siapapun ingin datang untuk memetiknya.
Baca Juga Yuk! Bisa Kok "Nggak Nyampah" Sejak dalam Pikiran, Ini Caranya!
Content Competition Selengkapnya
Kisah Inspiratif Orang-Orang di Sekitarmu
MYSTERY TOPIC
Mystery Topic 4
Mudik Hijau untuk Kurangi Jejak Karbon
Bercerita +SELENGKAPNYA
Ketemu di Ramadan

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.
Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025