Cuham Beib
Cuham Beib Wiraswasta

Penulis amatiran, ringan , dan sederhana. Penikmat sepeda harian. Icon Bersepeda itu Baik.

Selanjutnya

Tutup

TRADISI Pilihan

Gowes Mudik Melalui Jalur yang Kini Sepi dari Arus Mudik dan Balik

8 Mei 2022   14:23 Diperbarui: 8 Mei 2022   15:17 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gowes Mudik Melalui Jalur yang Kini Sepi dari Arus Mudik dan Balik
Perbatasan Antara Kab. Bdg Barat dengan Kab. Purwakarta yang kini sepi sejak ada tol Cipularang (dokpri)

Suasana perjalanan dan arus lalu lintas kurang lebih sama seperti pada tahun 2013, hanya saja cuaca begitu sendu mendayu alias mendung sehingga perjalanan lebih nyaman dan teduh. Tapi harus lebih banyak dan lama berhenti karena sering terjebak hujan.

Saya bersepeda balik di Lebaran pertama usai salat ied dan silaturahmi, arus lalu lintas lumayan ramai terutama oleh masyarakat yang akan melakukan silaturahmi, ziarah, atau berwisata. Namun demikian, perjalanan tetap lancar dan menyenangkan hingga tiba di Kota Bandung.

Pada Ramadan 2015 saya tidak melakukan bersepeda jarak jauh, tapi di tahun 2016 melakukan perjalanan Bandung ke Garut, itu pun hanya untuk kebutuhan shooting sebuah program acara salah satu televisi swasta nasional dengan mengambil tema tip gowes mudik, jadi bukan merupakan perjalanan bersepeda seutuhnya.

Pada tahun 2017, saya melakukan bersepeda jarak jauh di bulan Ramadan, tapi kali ini  rute yang saya tempuh adalah Bandung -- Malangbong, Garut. Pertama kali dilakukan sekaligus ingin merasakan sensasi bersepeda melalui salah satu jalur arus mudik dan balik terhits di Indonesia yaitu lintas Nagreg.   

Dan benar saja, meski saya menikmatinya tapi perjalanan lebih berat selain kontur jalannya yang memang lumayan membuat tegang, juga berkali-kali dihadapkan pada kepadatan lalu lintas yang cukup menghambat perjalanan.     

Di Ramadan 2019, kembali saya melakukan bersepeda dari Bandung ke Purwakarta, lalu lintas lumayan ramai tapi perjalanan saat itu lebih terasa ringan dan lebih lancar, saya tidak terlalu banyak berhenti atau istirahat. Waktu tiba pun terasa begitu cepat.

Semua itu karena berbagai faktor yang mendukungnya, kondisi fisik, menggunakan sepeda yang lebih fit, tidak terlalu bawa banyak beban bawaan, dan cuaca yang sangat bersahabat sepanjang perjalanan, Namun saat arus balik, saya tidak bersepeda karena kesehatan terganggu, saya dan sepeda diangkut menggunakan mobil.

Terakhir saya bersepeda ke Purwakarta dilakukan usai sola ied dan silaturahmi Lebaran tahun 2021, kondisinya agak sedikit berbeda karena masih suasana pandemi dengan adanya aturan larangan tidak boleh mudik.

Tapi semua itu tak mempengaruhi arus lalu lintas dan perjalanan, bahkan saat itu masyarakat tetap  berjalan normal seperti biasa, hilir mudik seolah tidak tengah terjadi apa-apa.

Dengan bersepeda sendirian dan tetap menerapkan protokol kesehatan, perjalanan saya tetap nyaman, aman dan tidak ada penyekatan. Saya tetap menikmatinya meski ada sedikit kekhawatiran. Dua hari kemudian saya kembali bersepeda balik ke Bandung dengan suasana lalu lintas yang tak lebih sama seperti saat pergi. Salam sehat, semangat, dan penuh berkah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun