Dear Kampung, di Halaman Berapa Kamu?
Ikan itu sumber protein terbaik loh, apalagi masyarakat Palembang kan pemakan ikan dengan aneka olahan ikannya yang selalu menggugah selera. Jadi kita harus maklum perlu disediakan pasar modern yang entah sumber ikannya dari mana karena sangat jauh dari sungai, transportasi dari wilayah perairan pun sangat jauh. Yang aku tahu pasar ini hanya menampung juga ikan-ikan dari pasar yang sudah ada. Soal harga, malah lebih mahal dari 3 warung sayur andalan di kampung ini.
Boleh jadi idenya karena ingin merasakan atmosfir pasar ikan yang bersih sekaligus destinasi wisata berkelas, ya Jo?
Tapi hanya beroperasi beberapa bulan, status pasarnya jadi gak jelas, dipailit juga nggak.
Soal paper feasiblity study atau amdalnya, aku yang belum baca,Jo.
Meski lokasinya dekat kita dan selalu kulewati, entahlah aku tidak merasa terlalu berkepentingan buat iseng mempelari lalu membuat celotehan tentang itu.
Katakanlah, untuk urusan semacam ini nrimo ing pangdum.
Jo, saat ini, ya mungkin untuk dua atau tiga tahun mendatang saya akan berjibaku dengan kemacetan luar biasa. Pembangunan fly over yang tujuannya mengurai kemacetan di daerah kita Jo.
Ya sebagai rute alternatif kamu merasakan bagaimana bisingnya saat macet, kan Jo. Jalan-jalan di sekitar kita setiap hari merasakan itu.
Ya namanya sedang proses pembangunan, tentu perlu penutupan jalan. Imbasnya juga pada seluruh rute alternatif dari rumah ke kantor sekaligus sekolah anakku. Makanya sekarang relatif sepi yang melewatimu kan, Jo?.
Jarak hanya 4 KM tetapi perlu waktu hampir 1 jam. Mau bagaimana lagi, tanpa penutupan jalanpun meski lokasi jalan ini bukan jalan protokol.setiap waktu pergi kantor dan pulang kantor macetnya luar biasa.
Ah Jo, kamu pasti berfikir kenapa gak jalan kaki saja?