Kartika Kariono
Kartika Kariono Pengacara

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Dear Kampung, di Halaman Berapa Kamu?

30 April 2023   20:38 Diperbarui: 30 April 2023   20:40 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dear Kampung, di Halaman Berapa Kamu?
sumber : Palembang.Tribunnews.com

Palembang, 20 April 2023

Kepada : 

Yang Terkasih Kampung Sukorejo 

di

                                     Palembang

Dear Kampung Sukorejo

Kamu tahu gak sih, setiap ada pembangunan dengan anggaran fantastis di dekat kita, temanku selalu bertanya "sudah baca amdalnya?".

Masih ingat gak sih bagaimana pembangunan pasar ikan modern di area lalu lintas terpadat, tempat macet dari pagi bahkan hingga tengah malam karena perlintasian mobil-mobil besar. 

Budgetnya tidak main-main loh 25 Milyar, cukup untuk penambahan sasana olah raga di kampung kita.  Iya, aku tahu bukannya di kamu gak ada sarana olah raga?  Kamu boleh sombong apa aja ada di kamu. Masalahnya mau pakenya berbayar dan cukup mahal, karena memang punya swasta. 

Ah iya, lagian apa perlunya olah raga untuk tumbuh kembang anak dan remaja toh? isu stunting kan isu gizi dan sanitasi saja toh. Dokter puskesmas juga hanya bisa berpesan kepada anak-anak sekolah buat lebih sering olah raga sambil elus dada saat lihat lapangan sekolahnya untuk main voli aja gak cukup.

Ikan itu sumber protein terbaik loh, apalagi masyarakat Palembang kan pemakan ikan dengan aneka olahan ikannya yang selalu menggugah selera.  Jadi kita harus maklum  perlu disediakan pasar modern yang entah sumber ikannya dari mana karena sangat jauh dari sungai, transportasi dari wilayah perairan pun sangat jauh.  Yang aku tahu pasar ini hanya menampung juga ikan-ikan dari pasar yang sudah ada. Soal harga, malah lebih mahal dari 3 warung sayur andalan di kampung ini.

Boleh jadi idenya karena ingin merasakan atmosfir pasar ikan yang bersih sekaligus destinasi wisata berkelas, ya Jo? 

Tapi hanya beroperasi beberapa bulan, status pasarnya  jadi gak jelas, dipailit juga nggak. 

Soal paper feasiblity study atau amdalnya, aku yang belum baca,Jo. 

Meski lokasinya dekat kita dan selalu kulewati, entahlah aku tidak merasa terlalu berkepentingan buat iseng mempelari lalu membuat celotehan tentang itu. 

Katakanlah, untuk urusan semacam ini nrimo ing pangdum.

Jo, saat ini, ya mungkin untuk dua atau tiga tahun mendatang saya akan berjibaku dengan kemacetan luar biasa. Pembangunan fly over yang tujuannya mengurai kemacetan di daerah kita Jo.

Ya sebagai rute alternatif kamu merasakan bagaimana bisingnya saat macet, kan Jo. Jalan-jalan di sekitar kita setiap hari merasakan itu. 

Ya namanya sedang proses pembangunan, tentu perlu penutupan jalan. Imbasnya juga pada seluruh rute alternatif dari rumah ke kantor sekaligus sekolah anakku.  Makanya sekarang relatif sepi yang melewatimu kan, Jo?.  

Jarak hanya 4 KM tetapi perlu waktu hampir 1 jam. Mau bagaimana lagi, tanpa penutupan jalanpun  meski lokasi jalan ini bukan jalan protokol.setiap  waktu pergi kantor dan pulang kantor macetnya luar biasa. 

Ah Jo, kamu pasti berfikir kenapa gak jalan kaki saja? 

Katakan saja saya ini  begitu malas. 

Malas protes tidak tersedianya trotoar buat pejalan kaki di lalu lintas yang begitu padat, malas proteksi diri menghadapi tindak kriminal jika mengambil rute alternatif yang tidak dilalui kendaraan bermotor, dan malas saja dengan debu dan udara panas menyengatnya Palembang.

Jo, kamu tahu gak  Rencana Tata Ruang dan Tata Wilayah (RTRW) Kota Palembang tertuang dalam Perda Kota Palembang No. 15/2012 tentang RTRW Kota Palembang 2012-2032.  Masih lama habis masa berlakunya toh?.  Perda sebelumnya Perda Nomor 8 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Palembang Tahun 1999-2009.

Iya, pembaruan perda ini memang butuh waktu yang lama. Bayangin butuh waktu 3 tahun untuk pembaruan. Ya jadi gak heran kan biar lebih siap, perda tahun 2012 dibuat untuk masa 20 tahun.

Masalah klasik bangsa kita, bagus di wacana tetapi aplikasinya akan babak belur. Perda RTRW kota Palembang untuk ke sekian kalinya dilanggar oleh pemerintah sendiri.

Terutama pelanggaran izin untuk wilayah peruntukan ruang terbuka hijau dan wilayah resapan. Palembang semakin kekurangan wilayah resapan. Jangan bicara soal anak sungai yang sudah entah kemana, lahan rawa pun sudah beralih fungsi. 

Anehnya setiap musim hujan, kagetran dengan terjadinya banjir. Sebagian wilayahmu juga sering terendam 'kan? 

Tapi asik loh Jo, masyarakat akan dapat hiburan gratis gubernur,walikota, sekda hingga kepala dinas main air di wilayah-wilayah banjir depan mall dekat rumah. Live pula di media sosial.

Beberapa project ambisius dengan dana APBN dan bantuan hibah negara lain juga sering bikin kaget warga Palembang. Kesannya kayak proyek Roro Jonggrang aja.

Sepertinya daripada terus menerus melanggar rencana, ada baiknya rencananya yang diperbaiki. Bukankah prinsip Kaizen demikian? jika ditemukan  ketidaksempurnaan pada planning ketika melakukan evalusi, sudah sapatutnya mengambil langkah pervensi dan koreksi.

Nah, Jo sejak bulan maret kemarin, Pemkot Palembang telah mengajukan Draft Perda Perubahan RTRW. 

Luar biasa, jika sebelumnya sampai memunda 3 tahun untuk memperbarui RTRW, sekarang 9 tahun sebelumnya telah diusulkan perubahan. Pembahasannya alot sih, ya mungkin saja masih pakai daging lokal bukan wagyu.

Kan jadi penasaran, kamu ada di halaman berapa di draft raperda ini? masih menjadi kawasan super elit yang tidak akan diberi akses transportasi publik yang digaungkan itu atau masih menjadi penerima project prestisius yang abis itu bikin bingung fungsinya apa?.

Tetap kuat ya Jo, boleh jadi rupamu akan berubah demikan pula suasanamu yang akan semakin ramai. Kuat Jo sebagai lokasi berdirnya tempat ibadahnya berbagai agama meski umatnya bukan pendudukmu tetaplah kuat menjadi  akar toleransi pada kota ini.

Jo, tetap sombong ya seperti biasa. Meski kata orang berada di kampung tetapi NJOP mu selalu luar biasa dan PBBnya bikin mewek setiap tahun buat orang-orang yang hanya menempati tanah berhalaman dengan bangunan seadanya. Tetapi PBBnya bisa gratis untuk rumah mewah karena tidak berhalaman. 

Tahun ini mulai akan banyak kunjungan Jo, dari mereka yang mengunjungi kita setiap 4 tahun sekali. Untuk calon pemerintah daerah nambah setahun Jo. Semua akan tumpah ruwah di tahun mendatang. 

Ya, maklumi saja tiba-tiba muncul sampah visual dari orang-orang yang tidak kita kenal selama ini, Jo,

Itu saja dulu,Jo. 

Salam hangat dari aku yang selalu bersamamu,

Kartika Lestari Kariono

N.B: 

Semoga tanah kuburan umum Talang Kerikil masih bisa memuat jenazahku nanti ya. Karena sudah sangat terbiasa hidup berdampingan dengan Kristen dan Kong Hu Cu hanya di pemakaman itu juga aku bisa merasakan vibes yang sama.

  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun