Berburu Kelezatan Coklat hingga ke Kampung Coklat
Siapa yang tak suka dengan makanan yang satu ini?
Yes, apalagi kalau bukan coklat.
Kelezatan coklat pun tidak bisa diragukan lagi.
Para penggemar pun tak ragu untuk berburu demi mendapatkan kualitas coklat terbaik.
Terbesit sebuah pertanyaan, apakah ada sebuah kampung yang menawarkan kelezatan dan manfaat dari coklat, dibuat fresh langsung dari tempatnya?
Hati terasa seperti memburu, karena ingin tahu dan tak mau ragu.
Mau tahu? Yuk mari yuk.
Tanaman yang bermula berasal dari Amerika Tengah ini mampu menghipnotis berbagai kalangan untuk mencintainya.
Bentuk pengolahannya pun mudah ditemui.
Mulai dari bubuk, sirup hingga coklat batangan, tak ada yang tak luput dari perhatiannya.
Rasanya yang khas membuat semua orang jatuh cinta.
Mengkonsumsi coklat tak mengenal batas usia, bahkan lanjut usia pun masih menyukai makanan yang kaya antioksidan ini.
Tetapi seiring perkembangan waktu, konsumsi coklat pun dibagi menjadi empat jenis.
Coklat susu, coklat hitam hingga coklat putih demi memuaskan penggemarnya.
Dua dari tiga jenis coklat itu mengandung gula, sehingga bisa berdampak buruk untuk kesehatan.
Oleh karena itu, penggunaan coklat hitam lebih diutamakan dibandingkan yang lain.
Dilansir dari Halodoc, dark chocolate mengandung flavonoid yang bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah, mencegah penggumpalan darah, dan sebagainya.
Karakter coklat hitam yang pahit dan tegas, karena sedikit menggunakan gula dan susu membuat keberadaannya sulit dicari.
Di pasaran, coklat hitam yang biasa ditemui cenderung manis dan hampir sama seperti milk chocolate.
Sehingga pencarian akan keaslian coklat hitam pun menjadi harta karun yang sesungguhnya.
Cielah, ini pendapat saya pribadi.
Berawal dari alasan inilah, saya memutuskan untuk berlibur ke Kampung Coklat.
Kampung yang digadang-gadang memiliki coklat fresh dan perkebunan ini langsung menarik perhatian saya.
Terletak di Plosorejo, Kec. Kademangan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, ini selalu dipadati pengunjung.
Mulai dari pengunjung setempat, hingga wisatawan luar kota.
Saking ramainya, saya melihat ada beberapa bis dari berbagai sekolah disana.
Mereka menyempatkan diri untuk berwisata tur sembari bereksperimen di Kampung Coklat.
'Ini sangat menyenangkan' ujar saya sembari tersenyum merekah.
Jujur, ini berbeda dari yang saya bayangkan.
Kampung coklat memiliki beragam kegiatan yang bisa diikuti, mulai dari cooking class, spa dengan ikan kecil, dan melihat perkebunannya.
Secara tidak langsung, ada mini games yang bisa menjadi chill and heal agar bisa fresh!
Healing yang sangat tepat!
Awalnya saya ya biasa saja dengan apapun yang bertema pameran makanan, terutama coklat.
Wah skeptis saya sangat tinggi. Ya karena terkadang, pedagang suka sekali bersikap pragmatis.
Ia hanya ingin menjual apa yang dia anggap laku, dan menurut saya ya tidak salah juga.
'Wong cari duit, masa iya ga mau dagangannya laku' rapal saya dalam hati.
Beruntung disana terdapat beberapa foodstaller, yang menjual berbagai olahan coklat.
Mulai dari minuman coklat hingga yang menurut saya unik yaitu, mie coklat.
Melihat beberapa penjual minuman yang sangat ramai, ya pasti saya langsung mencobanya.
Kesan pertama?
Lihat saja, betapa kentalnya minuman yang disajikan.
Saya rasa minuman disana masih lebih kental dibandingkan disini.
Taste coklat hitamnya sangat dominan dan menyatu dengan gulanya.
Jika kamu pecinta coklat yang creamy, mungkin minuman ini kurang nge-blend di lidahmu.
Kalau saya ya sangat cocok, karena kalau coklat tidak ada bitterness dan kental ya pasti bukan coklat.
Wih, sok amat nge-reviewnya. Maklum amatiran haha.
Dari situ, saya bisa melihat prospek untuk kampung coklat.
Coklat yang dihasilkan masih mengutamakan sari asli, sehingga keberadaannya pun selalu dicari.
Terutama untuk penggemar coklat ya, saya rasa untuk menariknya akan lebih mudah.
Dari situ, saya berangkat menuju ke toko oleh-oleh yang berada di pusaran Kampung Coklat.
Hasilnya ternyata beragam.
Untuk sekelas wisata daerah, saya rasa Kampung Coklat termasuk berani.
Disana terdapat berbagai varietas dark choco, mulai dari 60 hingga 100 persen.
Di ibukota saja, masih banyak produsen coklat yang belum berani show up kualitas breednya.
Disana juga disediakan tester, seingat saya seperti itu.
Semoga masih ada.
Kalau rasa coklat hitamnya, saya tidak ragu ya.
Seperti yang saya jelaskan di sesi minuman, bedanya kadar gulanya saja yang bisa disesuaikan.
Saya pribadi mengkonsumsi dark chocolate dari 70 hingga 90 persen.
Kalau 100 persen, ya rasanya lebih ke asam dan pahit ya.
Dari situ, kualitas dari beansnya bisa terlihat.
Secara garis besar, tentu saya Bangga Berwisata di Indonesia.
Menampilkan pesonanya untuk tampil di kancah dunia, Pesona Indonesia.
Apalagi melihat hasil bumi yang subur dan berstandar tinggi ini membuat saya yakin.
Indonesia bisa menjadi penghasil coklat terbaik di dunia.
Menurut saya, Indonesia harus memiliki banyak perkebunan seperti Kampung Coklat.
Selain bisa mengkonsumsi makanan tersebut untuk kebaikan badan, kita bisa memperkenalkan ke Masyarakat tentang kualitas coklat yang sesungguhnya.
Terlebih Indonesia merupakan peringkat 56 besar penderita diabetes terbanyak di dunia.
Makanan dengan konsumsi gula berlebih, tentu sangat mengkhawatirkan kesehatan penduduk negeri ini.
Asumsi saya, ini bukan karena masalah siapa yang hobi mengkonsumsi suiker, tetapi bisa jadi pengenalannya.
Loh kok bisa?
Berkaca ke negara Italia, mereka sangat selektif mengutamakan bahan baku yang segar.
Dikutip dari Travel by Luxe, alasan pertama mengapa orang Italia sangat sehat adalah karena mereka makan makanan yang segar.
Kegiatan itu sudah berlangsung selama beberapa generasi.
Orang Italia sangat bangga dengan warisan pertanian mereka dan sebagai hasilnya.
Mereka sangat bersikeras untuk mebeli produk lokal. Mereka menyebutnya kilometer nol.
Mereka juga tetap membeli buah dan sayuran yang sedang musimnya.
Banyak orang asing yang datang ke Italia sering kali lengah saat mereka mencari bahan makanan tertentu yang tidak tersedia di musim tertentu.
Bahkan jika kita melihat di beberapa video, seperti The Pasinis, dan sebagainya.
Mereka sangat anti dengan penggunaan saus kemasan yang ada di supermarket.
Alasannya kalau tidak, rasa pengawetnya berlebihan atau bau bawang putihnya sangat menganggu.
Mereka memiliki standar yang tinggi terhadap makanan, termasuk restoran yang 'mengaku' dirinya sebagai Italiano.
Dari kutipan tersebut, kita bisa mencontohkan kebiasaan tersebut dan memanfaatkan kekuatan Indonesia sebagai negara agraris ke dalam realita.
Jika masyarakat Indonesia dibekali bagaimana memilih jajanan yang sehat untuk dikonsumsi, saya rasa pihak produsen bisa menyesuaikan lidah rakyat dan membentuk standar baru.
Ini bisa membuka peluang yang lebih besar, dari kebiasaan dapat berkembang menjadi ciri khas.
Tentunya untuk ke arah flourishing seperti ini, pasti ada proses yang ditempuh.
Ya dong, semua ada jalannya dan keyakinan untuk ke arah sana semakin mengakar.
Yang nantinya bisa membuka sisi lain dari Nusantara, agar bisa dikunjungi wisatawan asing.
Masih banyak Hidden Gem yang negara ini belum tampilkan.
Saatnya membuka diri untuk mendapatkan perhatian di mata dunia.
Content Competition Selengkapnya
MYSTERY TOPIC
Bercerita +SELENGKAPNYA
Ketemu di Ramadan

Ketemu di Ramadan hadir kembali. Selain sebagai ajang buka puasa bersama Kompasianer, ada hal seru yang berbeda dari tahun sebelumnya. Penasaran? Tunggu informasi selengkapnya!