Khusnul Kholifah
Khusnul Kholifah Lainnya

Pencinta literasi sains, parenting, dan kesehatan

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Memaknai Keseimbangan antara Pekerjaan, Kehidupan, dan Ibadah

23 Maret 2024   19:30 Diperbarui: 23 Maret 2024   19:35 1138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memaknai Keseimbangan antara Pekerjaan, Kehidupan, dan Ibadah
Ilustrasi seorang perempuan yang sedang bekerja (Sumber : womenlead.magdalene.co)

Selagi akal manusia belum dikalahkan oleh nafsunya, maka ia masih mampu membagi waktunya untuk hal-hal berikut.

Pertama, berdialog dengan Tuhan. Sholat bermakna sebagai medium hubungan manusia dengan Allah SWT. Terdiri atas sholat wajib 5 waktu dan berbagai sholat sunah. Fungsi utama sholat sebagai sarana beribadah kepada-Nya. Maka, menunda pekerjaan untuk melaksanakan sholat tepat waktu adalah sebuah kebaikan. Dengan catatan pekerjaan tersebut dapat dijeda sementara dan dilanjutkan di waktu berikutnya.

Kedua, memperhatikan alam raya dengan ilmu. Mengisi waktu Ramadan dengan menuntut ilmu melalui mengikuti berbagai majelis ilmu adalah hal yang dianjurkan. Hal demikian sebagai upaya mengisi waktu dengan kegiatan positif dan produktif untuk meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan diantaranya tentang alam semesta yang membuat kita takjub pada Sang Pencipta.

Ketiga, instrospeksi. Bermuhasabah diri apakah selama ini kehadiran hati dan kerendahan diri sudah hadir dalam mengerjakan ibadah seperti sholat, di tengah-tengah kesibukan pekerjaan dan hiruk pikuk kehidupan. Mengingat sholat sebagai salah satu ibadah penyeimbang antara kehidupan dan pekerjaan.

Keempat, memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarga. Kebutuhan hidup mencakup lahiriah dan batiniah. Misalnya, saking sibuknya kita hingga lama tidak mengunjungi ibu, tidak quality time dengan keluarga, dan sebagainya. Maka, seseorang harus menyadari bahwa keluarga bukan hanya butuh materi tetapi kehadirannya pula.

2. Menyadari bahwa tidak semua keinginan dapat tercapai.

Ambisi perlu ada, namun kesadaran diri juga penting. Di dunia ini kita bekerja keras dan terus memikirkan dan melakukan pekerjaan hingga berimbas pada terabaikannya kewajiban yang lain. Bukankah segala sesuatu yang kita inginkan adalah atas ridha-Nya. Maka, benahi cara kita menggapai keinginan dengan mengharap ridha-Nya.

3. Menyadari untuk berdamai dengan diri sendiri.

Bisa jadi belum waktunya sekarang Allah menganugerahkan kenikmatan yang kita dambakan dan akan tiba pada waktu yang tepat kelak.

Misalnya menargetkan agar tahun ini harus memiliki mobil. Terus berusaha tapi belum tercapai. Maka, sebaiknya menurunkan sedikit target yang diinginkan. Senantiasa mendekatkan diri kepada Allah agar apa yang menjadi target kita akan dipermudah jalannya.

Tidak semua yang kita kehendaki dapat terjadi, namun yang tidak kita kehendaki justru terjadi. Manusia makhluk lemah, sadari Allah Maha baik. barangkali di balik itu semua ada kebaikan untuk kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun