Memaknai Keseimbangan antara Pekerjaan, Kehidupan, dan Ibadah
4. Senantiasa bersyukur dan berbaik sangka kepada Allah.
Rasa bersyukur dan husnudzon kepada Allah mengandung makna, diantaranya :
Pertama, menerima yang sedikit dan menganggapnya yang banyak, memberi yang banyak dan menganggapnya sedikit. Hal demikian berarti bahwa rasa syukur akan terus mengalir walaupun rezeki yang kita peroleh tidak banyak. Di samping itu, tidak lantas berbangga diri dan lekas puas apabila berbuat kebaikan.
Kedua, menggunakan nikmat yang diperoleh sesuai tujuan penganugerahannya. Misalnya nikmat sehat yang Allah berikan kepada kita dimanfaatkan untuk tetap produktif, profesional, dan bertanggungjawab terhadap pekerjaan. Berbaik sangka kepada Allah bahwa pekerjaan akan tetap berjalan sesuai rencana saat kita sholat tidak tergesa-gesa, tetap khuyuk, dan tuma'ninah.
5. Tidak ngoyo tetapi berusaha terus-menerus.
Kita sendiri yang bisa ngerem atau mengatur dan mengelola ritme pekerjaan. Namun, apabila Allah menguji kita melalui sakit maka ingatlah hak badan untuk mengistirahatkannya agar tidak terforsir. Ketika badan sudah fit, kembali bekerja sekuat tenaga hingga puasnya bukan karena pekerjaan, melainkan saat memberi sebagian dari apa yang kita hasilkan.
***
Melalui beberapa strategi di atas diharapkan kita sebagai umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah puasa ini dimampukan untuk menyeimbangkan antara pekerjaan, kehidupan, dan ibadah. Sehingga tidak ada lagi kata-kata terlontar, "maunya sih seimbang, tapi prakteknya keteteran" karena gangguan atas ketidakseimbangan yang diidealkan tersebut.
Dengan mengetahui dan memahami makna dari keseimbangan tersebut, diharapkan kita mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Serta senantiasa berbaik sangka kepada Allah dan mengharapkan ridha-Nya untuk merengkuh kesuksesan di dunia dan akherat. Amin.
Semoga bermanfaat.