Wahyu Barata.Lahir di Garut 21 Oktober 1973. Menulis puisi, cerita pendek,dan artikel. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di Sari Kata, majalah Aksara , Media Bersama, Kompas, Harian On Line Kabar Indonesia, beberapa antologi bersama, dan lain-lain.Kini bekerja sebagai marketing perbankan tinggal di Bandung.
Kebaikan Makan Sahur dan Buka Puasa
Dalam menjalankan ibadah suci puasa Ramadhan kita mengurangi frekuensi makan dan minum, hanya pada saat sahur dan buka puasa, menyebabkan metabolisme tubuh berkurang. Sehingga metabolisme basal ( energi minimal) yang digunakan tubuh untuk pernafasan, sirkulasi, gerakan usus, otot, suhu tubuh, aktifitas kelenjar, dan fungsi tubuh lain yang berhubungan dengan pertumbuhan pun menurun.
Menurunnya metabolisme basal akan mengurangi kebutuhan pemasukan makanan, menurunkan kadar gula darah (glukosa)., padahal gula akan diubah menjadi energi. Proses ini alami, penggunaan energi akan efisien. Tetapi akan menyebabkan kita cepat mengantuk.
Penurunan ini hanya sementara, sekitar 2-3 hari. Setelah itu tubuh akan beradaptasi, sehingga keseimbangan akan kembali normal meskipun pada tingkat konsumsi yang lebih rendah. Cadangan energi yang ada dalam tubuh dapat bertahan selama 24-28 jam. Padahal kita berpuasa hanya 14 jam. Biarpun menurun cadangan energi di dalam tubuh masih ada. Agar puasa kita dan keluarga berjalan dengan nyaman, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Dokter Budi, seorang ahli gizi yang saya temui, memaparkan, sebelum puasa organ-organ pencernaan bekerja keras. Dengan berpuasa kerja ini berkurang, sehingga asam lambung dan enzym-enzym beristirahat. Tubuhakan menyerap makanan yang dicerna dan sisanya yang mengandung banyak racun dibuang. Dengan berpuasa racun-racun sumber penyakit akan berkurang. Pada saat berpuasa keluhan-keluhan akan berkurang. Puasa tidak menyebabkan kita kelaparan atau kekurangan gizi. Pengaruh kelaparan karena kekurangan gizi baru tampak sesudah tiga bulan. Ibadah puasa suci Ramadhan hanya berlangsung 30 hari. Kuantitas dan kualitas makanan pada saat puasa tidak berbeda dari makanan dan minuman sehari-hari, harus mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh. Frekuensinya saja yang berkurang.
Di saat berpuasa bisa terjadi dehidrasi akibat tubuh kekurang air. Tetapi tubuh akan beradaptasi, sehingga dehidrasi tidak berkepanjangan. Untuk mencegahnya kita harus cukup banyak minum pada saat sahur dan buka puasa, masing-masing kurang lebih empat gelas. Kebutuhan tubuh akan cairan juga dapat dipenuhi dari makanan yang mengandung air, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan segar.
Saat masih mengantuk kita harus makan sahur. Dan perut masih terisi oleh makanan buka puasa, karena aktivitas yang kita lakukan tidak banyak. Tetapi kita harus makan, sebab makanan tersebut akan dipakai untuk energi seharian. Makanan untuk sahur harus menarik rasa dan rupanya, juga mengandung zat-zat gizi lengkap.
Kalau kita tidak makan sahur, persediaan untuk energi di siang hari sangat terbatas, hanya cukup untuk sekitar dua jam sesudah bangun tidur. Hal ini dapat menurunkan gairah kerja. Sesudah makan, kadar gula dalam darah akan meningkat dan menyebabkan ke luarnya hormon insulin, yang berfungsi sebagai pengangkut gula dari darah menuju ke jaringan tubuh. Gula darah ini akan diubah menjadi energi.
Sebagian orang berlebihan saat makan sahur. Makan berlebihan akan membuat insulin yang dikeluarkan juga akan melimpah. Akibatnya kalori yang dihasilkan akan berlebihan dan diubah menjadi lemak. Lemak sulit dibakar oleh tubuh, sehingga akan muncul rasa lemas, lesu, sakit kepala, atau sakit perut. Majan sahur sebaiknya tidak melebihi porsi makan sehari-hari, yaitu sekitar sepertiga total per hari.
Makanan yang mengandung cukup hidrat arang kompleks , seperti nasi, dan protein seperti telur, daging, sebaiknya masuk dalam menu, sebab akan membuat kenyang agak lama.
Makanan untuk berbuka puasa lebih bervariasi dari makanan untuk sahur, sebab waktu penyiapannya lebih banyak, tetapi tidak boleh berlebihan dan harus mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh.