Pelari dan Ramadan
Sebagai pembanding performa lari di Bulan Ramadan dengan hari biasa, saya ambilkan data yang lebih berat yaitu trail run dengan jarak 3.19 Km dengan trek pegunungan. Didapat waktu yang cukup lama yaitu 1 jam 56 menit 23 detik.
Jelas terlihat jauh sekali karena memang treknya tanjakan. Sedang untuk trek datar untuk jarak 5 Km di Bulan Ramadan hampir sama dengan lari di hari-hari biasa.
Untuk lari 10 Km di hari biasa dengan lari 10 Km di Bulan Ramadan juga tidak begitu jauh hasilnya. Yang signifikan ketika trek berubah menjadi tanjakan atau berjenis trail running.
Dari data sederhana tersebut, kesimpulannya ketika lari dengan jarak berapapun, tubuh pasti kehilangan cairan dengan level dehidrasi yang bervariasi tergantung kondisi lingkungan, usia dan jarak.
Untuk menghindari dehidrasi menurut pengalaman saya, jika lari di hari biasa minumlah secukupnya sebelum lari dan setelah lari. Bisanya pada jarak 5 km, sekuat apapun pelari pasti mulai terasa efek dehidrasinya. Walaupun ia mampu bertahan dan sembunyikannya.
Untuk lari di Bulan Ramadan tentunya memiliki resiko dehidrasi yang cukup tinggi. Oleh karena itu, waktu yang tepat untuk olahraga khususnya lari sebaiknya sore hari jelang berbuka. Ini akan menolong jika terjadi hal yang tak diingankan seperti cedera otot yang harus di atasi dengan pertolongan pertama seperti diberi minuman yang cukup.
Hal penting lainnya adalah memerhatikan jenis asupan cairan saat makan sahur sebelum benar-benar memutuskan olahraga atau lari di sore hari.
Menurut kandungan zat yang terlarut, minuman ada 5 jenis. Pertama, air. Kemudian minuman karbohidrat, minuman elektrolit, minuman karbohidrat-elektroli Dan yang terakhir adalah minuman berkarbonasi.