Red lava ala Brutal Chef di Gunung
Selamat datang di dunia pendakian yang kaya ide survival ini. Setelah melihat postingan teman-teman Kompasianer tentang menu berbuka berbahan olahan buah lokal, ternyata bagus-bagus semua. Salut!
Untuk memberikan warna lain agar lebih meriah, akan saya berikan menu orang kuat yang diolah oleh brutal chef ala pendaki gunung. Jangan lihat tampilan fotonya, pasti jauh dari eyecatching, karena kami gunakan peralatan minimalis, ringan dan tentunya ini semua sesuai dengan kaidah manajemen logistik ultralight hiking (pendakian ringan dan efisien).
Tepat jelang berbuka, kisaran waktu 5 menit, brutal chef kami mampu mengolah buah lokal blewah (Cucumis melo L.) Bondowoso khas dengan ukurannya yang lebih kecil dari blewah biasanya untuk menjadi Red Lava.
Waktu yang pendek tersebut sangat cocok dengan kondisi tubuh kami yang sudah terkuras. Istilah brutal chef karena kondisi sudah dipastikan remuk redam setelah melahap trek yang cukup berat dan jauh.
Brutal chef juga menunjuk pada pola kekasaran sajian bahan seperti tampilan serutan yang besar-besar karena faktor tenaga tadi yang sudah di ambang batas kelelahan yang tinggi.
Tepat sekali waktu itu lagi musim, kami sempatkan untuk turun di pasar tradisional kecil di daerah Baderan, kaki Gunung Argopuro Jawa Timur. Sebagaimana pengetahuan Ilmu biologi hutan yang rata-rata dimiliki oleh para pendaki, pemilihan buah lokal blewah Bondowoso sangat tepat sekali sebagai menu pembuka saat melakukan pendakian di Bulan Ramadan.
Menurut ilmu biologi hutan, blewah lokal Bondowoso merupakan keluarga Cucumis dengan ciri khas genus melilit, tanaman sulur-bantalan dalam keluarga besar Cucurbitaceae. Keluarga tumbuhan ini merupakan penghasil buah yang banyak digunakan sebagai minuman penyegar di Asia Tenggara.
Nah, tepat bukan pilihan kami? Apalagi ukuran blewah Bondowoso ini kecil, pas sekali untuk dimasukkan ke tas punggung kami. Dari sisi kandungan air juga sangat cocok untuk mengembalikan cairan yang hilang akibat dehidrasi.
Efek karbonasi Red Lava cukup efektif untuk menghalau kembung yang biasa menyerang pendaki karena baju-baju basah oleh keringat yang menempel terlalu lama di tubuh.
Di samping itu blewah kaya kandungan mineral kalium, provitamin A, serat makanan, dan vitamin C. Kandungan gizi dalam buah ini bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh, menyehatkan fungsi ginjal, limpa, menurunkan tekanan darah, dan untuk menyembuhkan sariawan.
Apa yang terkandung di dalam blewah sangat cocok untuk pemulihan stamina pendaki yang rata-rata terserang dehidrasi dan avitaminosis atau defisit vitamin tubuh.
Blewah juga mampu memenuhi 5% kebutuhan harian untuk vitamin K, vitamin B3 (niasin), vitamin B6, folat, magnesium, dan kalium. Buah khas Bulan Ramadan ini juga mengandung banyak antioksidan termasuk kolin, zeaxanthin, dan beta-karoten. Semua komponen tersebut berperan penting untuk melindungi tubuh dari berbagai penyakit, mulai dari flu biasa hingga kanker.
Secara umum blewah Bondowoso untuk tekstur dagingnya hampir sama dengan blewah lainnya. Dengan kulit buahnya yang berwarna jingga terang dengan bercak kehijauan, serta daging buah yang relatif lembut dan bertekstur, akan menambah kemeriaan olahan buah alokal kami ini.
Olahan buah lokal untuk berbuka di gunung ini kami namakan Red Lava karena sesuai dengan agresifitas efek karbonasinya serta warna kemerahannya seperti pijar lava.
Inilah bahan dan cara membuat olahan buah lokal Red Lava kami.
Kategori: Minuman buah lokal semi koktail untuk 4 orang.
Waktu pembuatan: 5 menit
Bahan-bahan: Buah blewah Bondowoso 4 biji yang sudah dikupas dan serut dengan sendok besar-besar, dua saset susu kental manis, tiga botol soft drink berkarbonasi dengan perisa strawberry.
Peralatan: Panci teflon pendakian, sendok, pisau lipat dan gelas.
Cara mengolah : sederhana saja, serutan blewah dicampur dengan minuman karbonasi berperisa strawberry, tambahkan susu kental manis dan aduk hingga tercampur rata. Nah, itulah olahan buah lokal kami, Red Lava yang sangat sederhana sekali namun cukup untuk membuat berbuka kami di gunung ceria dan penuh berkah.
Red Lava bagi kami yang adalah sesuatu banget karena disajikan di tengah hutan belantara di ketinggian sekitar 2500 meter dari permukaaan laut. Red Lava bagi kami bak minuman buah semi koktail bintang lima yang eksklusif. Bukan karena tampilan dan wadahnya, namun karena diolah dalam keadaan tubuh-tubuh kami yang sudah limbung.
Semoga setelah wabah Covid-19 ini berakhir, kami dapat lagi menikmati Red Lava di sunyinya belantara. Anda tertarik? Red Lava juga bisa di sajikan di rumah dengan tambahan es batu. Kalau di hutan tinggi dan gunung, tak perlu es batu karena suhunya sudah sangat rendah.
Atau silahkan tembus dulu belantara dan menggauli gravitasi-gravitasi ketinggian dan temukan eksotisme Red Lava di sana. Tentunya, beda tempat beda rasanya.
Referensi:
sciencedirect.com, Cucurbitaceae
sciencedirect.com, Cucumis