Lebaran Di Perantauan; Bayt Qur'an
Sebab kita adalah calon kenangan.
Mari buat kenangan sebanyak-banyaknya untuk dikenang selama-lamanya.
Selamat lebaran, mohon maaf segala kesalahan
Minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin.
Pada umumnya hari raya idul fitri adalah moment untuk berkumpul, bercanda, bersilaturrahmi dengan keluarga. Tapi lain halnya dengan saya. Pada moment yang indah ini, dengan berat hati harus menyapa keluarga secara virtual sebab keadaan mengharuskan demikian. Namun tak mengubah sedikitpun rasa kebahagiaan saya meski jauh dari mereka. By the way, this is for the first time saya merasakan hari raya di perantauan, di Baytu Qur'an lebih tepatnya.
Baytu Qur'an, sebuah pondok pesantren Pasca-tahfidz di pinggiran kota Jakarta yang menampung hanya 30 santri terpilih dari berbagai kota di Indonesia. Program unggulannya adalah mempelajari ulumul Al-Quran.
Baytu Qur'an, yang mana terdiri dua kata; Bayt dan Al-Quran. Bayt yang artinya rumah dan Qur'an adalah Kalamullah. Jika dimaknai lebih dalam bermakna rumah yang didalamnya berisi para Ahlul Qur'an. Tentu, suatu kehormatan dan keberuntungan bagi saya bisa belajar disini kepada para ulama yang tak perlu lagi diragukan kompetensinya serta teman-teman seperjuangan yang tak kalah istimewanya.
Tak apa tak pulang, tak seharusnya juga sedih berlarut-larut meski tak bertemu keluarga. Toh, semua yang ada disini adalah rumah kedua bagi saya.
Makna Idul Fitri
Saat hari raya tiba, wajah sendu meninggalkan ramadhan berubah merekah tatkala takbir menggema diberbagai penjuru. Kita; para santri tentu menjadi panitia dalam moment indah ini. Selepas subuh, para santri putri bersiap-siap berdandan dan mengenakan pakaian putih terbaiknya dengan kombinasi coksu sebagai kerudungnya. Lalu semua santri disibukkan dengan tugasnya masing-masing. Penata Shaf, penyambut tamu, dokumentasi, konsumsi, dan lain sebagainya. Aku yang sewaktu itu-berhalangan sholat- mendapati tugas bagian dapur; konsumsi-membuat es untuk para santri dan asatidz.
Sebenarnya idul fitri bukan sekadar tentang hari perayaan, pakaian baru, dan hal-hal lain yang serba baru. Lebih dari itu, Idul Fitri dimaknai sebagai bentuk refleksi diri, bentuk rasa syukur, dan kegembiraan. Dalam hal ini, refleksi diri berarti setiap umat muslim dianjurkan untuk introspeksi diri dan kembali kepada fitrah Islamiyah.