Laela Sofrotun Nida
Laela Sofrotun Nida Guru

Hanya sekedar berbagi. Semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

TRADISI

Lebaran Di Perantauan; Bayt Qur'an

28 April 2023   00:22 Diperbarui: 28 April 2023   00:47 855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lebaran Di Perantauan; Bayt Qur'an
20230422075742-img-9317-jpg-644aabe24addee7ff0756472.jpg

Melansir laman resmi NU Online, pada dasarnya umat muslim disunnahkan untuk menggunakan pakaian baru, tetapi secara hakikat, bukan itu makna sesungguhnya dari Hari Raya Idul Fitri.
Makna sesungguhnya berarti umat muslim diharapkan dapat kembali suci setelah dibersihkan dengan puasa Ramadan selama 1 bulan penuh, yang kemudian disempurnakan dengan mengeluarkan zakat fitrah sebagai bentuk rasa syukur dan berbagi kepada sesama, serta saling memaafkan atas kesalahan yang pernah terjadi.


Sungkeman Dan Halal BiHalal
Dalam perayaaan hari raya idul Fitri, sudah lazim seperti tradisi pada umumnya, acara sungkeman dan halal bI halal. Sungkeman saat Lebaran merupakan bagian dari tradisi halal bihalal, atau silaturahmi untuk saling memaafkan saat Lebaran, yang pada mulanya dikembangkan kraton-kraton Jawa. Konon tradisi sungkeman saat Lebaran bermula dari Solo. Tradisi ini berawal dari Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaran.

Sungkeman sendiri berasal dari kata sungkem yang berarti bersimpuh atau duduk berjongkok sambil mencium tangan orang yang disungkemi. Biasanya sungkeman dilakukan oleh orang muda kepada orang yang lebih tua. Misalnya, oleh seorang anak kepada orangtua mereka.

Hal ini juga dilaksanakan disini kepada para Asatidz. Para santri putri bersimpuh meminta maaf kepada beliau-beliau secara bergiliran. Suasana sungguh penuh haru dan air mata. Teman-teman saling berpelukan, saling meminta maaf satu sama lain.
 "Ah apalagi disini kita kurang tiga bulan lagi bersama". Ucapku sedih.
Rasanya semakin tak ingin berpisah, bukan?

Silaturrahmi Para Guru
Meski cuaca southcity sedang tak bersahabat, begitu panas menyengat ditambah padatnya kendaraan di jalanan, dan yaaa macet adalah hal yang lumrah apalagi dihari pertama lebaran. Namun tak sedikitpun mengubah semangat kami untuk tetap lanjut agenda tradisi hari raya yakni bersilaturrahmi kepada para guru, dosen-dosen yang mengajar kami selama disini.

Pertama adalah sowan kepada Prof Ali Nurdin, sosok yang tenang dan meneduhkan. Kedatangan kami sangat disambut baik beliau dan keluarga. Disuguhi aneka jajan lebaran dan yaaa ada Empek-empek khas Palembang salahsatu makanan favorit saya.

Lanjut perjalanan kedua adalah sowan Abah Khusnul, beliau belum pernah mengajar kami tapi sesekali pernah mengisi acara di pondok. Wajahnya penuh kedamaian. Kedatangan kami juga sangat disambut baik oleh beliau dan keluarga. Kami datang saling berjabat tangan dan tentu tak lupa makan aneka suguhan. Hehe.

Dan lanjut sowan yang terakhir adalah Ustadz Syahrullah, pengasuh pondok juga  sekaligus pengajar kami. Sama halnya dengan sebelumnya, disambut dengan wajah sumringah, saling bermaaf-maafan dan tentu tak lupa meminta didoakan segala kebaikan.

img-20230423-wa0021-644ab0e34addee1d7d7cc8e3.jpg
img-20230423-wa0021-644ab0e34addee1d7d7cc8e3.jpg
Lanjut hari kedua lebaranpun tetap agenda sowan. Kali ini sangat istimewa karena diijinkan sowan ke rumahnya Abi Quraish, sang ulama legendaris, Pakar Tafsir Al-Quran. Tentu menjadi hal yang sangat disyukuri bisa bertemu manusia hebat seperti beliau.

 Tak hanya menjadi moment bersilaturrahmi, pertemuan dengan Abi penuh dengan canda, cerita, juga selalu ada ilmu yang disisipkannya. Salahsatunya beliau bercerita tentang pengalaman-pengalamannya selama di Negara Piramida itu,

Ada 3 pesan Ayah beliau ketika Abi studi di Mesir, yaitu tidak boleh pulang sebelum doktor, selalu bergaul dengan orang-orang Sholeh, dan ikuti jalur (nasab) leluhur. Itulah yang membuat Abi selalu semangat dalam belajar ketika di Mesir,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun