Laela Sofrotun Nida
Laela Sofrotun Nida Guru

Hanya sekedar berbagi. Semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

TRADISI

Lebaran Di Perantauan; Bayt Qur'an

28 April 2023   00:22 Diperbarui: 28 April 2023   00:47 855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lebaran Di Perantauan; Bayt Qur'an
20230422075742-img-9317-jpg-644aabe24addee7ff0756472.jpg

Sebab kita adalah calon kenangan.

Mari buat kenangan sebanyak-banyaknya untuk dikenang selama-lamanya.

Selamat lebaran, mohon maaf segala kesalahan

Minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin.

Pada umumnya hari raya idul fitri adalah moment untuk berkumpul, bercanda, bersilaturrahmi dengan keluarga. Tapi lain halnya dengan saya. Pada moment yang indah ini, dengan berat hati harus menyapa keluarga secara virtual sebab keadaan mengharuskan demikian. Namun tak mengubah sedikitpun rasa kebahagiaan saya meski jauh dari mereka. By the way, this is for the first time saya merasakan hari raya di perantauan, di Baytu Qur'an lebih tepatnya.

Baytu Qur'an, sebuah pondok pesantren Pasca-tahfidz di pinggiran kota Jakarta yang menampung hanya 30 santri terpilih dari berbagai kota di Indonesia. Program unggulannya adalah mempelajari ulumul Al-Quran.

Baytu Qur'an, yang mana terdiri dua kata; Bayt dan Al-Quran. Bayt yang artinya rumah dan Qur'an adalah Kalamullah. Jika dimaknai lebih dalam bermakna rumah yang didalamnya berisi para Ahlul Qur'an. Tentu, suatu kehormatan dan keberuntungan bagi saya bisa belajar disini kepada para ulama yang tak perlu lagi diragukan kompetensinya serta teman-teman seperjuangan yang tak kalah istimewanya.

Tak apa tak pulang, tak seharusnya juga sedih berlarut-larut meski tak bertemu keluarga. Toh, semua yang ada disini adalah rumah kedua bagi saya. 


Makna Idul Fitri
Saat hari raya tiba, wajah sendu meninggalkan ramadhan berubah merekah tatkala takbir menggema diberbagai penjuru. Kita; para santri tentu menjadi panitia dalam moment indah ini. Selepas subuh, para santri putri bersiap-siap berdandan dan mengenakan pakaian putih terbaiknya dengan kombinasi coksu sebagai kerudungnya. Lalu semua santri disibukkan dengan tugasnya masing-masing. Penata Shaf, penyambut tamu, dokumentasi, konsumsi, dan lain sebagainya. Aku yang sewaktu itu-berhalangan sholat- mendapati tugas bagian dapur; konsumsi-membuat es untuk para santri dan asatidz.

Sebenarnya idul fitri bukan sekadar tentang hari perayaan, pakaian baru, dan hal-hal lain yang serba baru. Lebih dari itu, Idul Fitri dimaknai sebagai bentuk refleksi diri, bentuk rasa syukur, dan kegembiraan. Dalam hal ini, refleksi diri berarti setiap umat muslim dianjurkan untuk introspeksi diri dan kembali kepada fitrah Islamiyah.

Melansir laman resmi NU Online, pada dasarnya umat muslim disunnahkan untuk menggunakan pakaian baru, tetapi secara hakikat, bukan itu makna sesungguhnya dari Hari Raya Idul Fitri.
Makna sesungguhnya berarti umat muslim diharapkan dapat kembali suci setelah dibersihkan dengan puasa Ramadan selama 1 bulan penuh, yang kemudian disempurnakan dengan mengeluarkan zakat fitrah sebagai bentuk rasa syukur dan berbagi kepada sesama, serta saling memaafkan atas kesalahan yang pernah terjadi.


Sungkeman Dan Halal BiHalal
Dalam perayaaan hari raya idul Fitri, sudah lazim seperti tradisi pada umumnya, acara sungkeman dan halal bI halal. Sungkeman saat Lebaran merupakan bagian dari tradisi halal bihalal, atau silaturahmi untuk saling memaafkan saat Lebaran, yang pada mulanya dikembangkan kraton-kraton Jawa. Konon tradisi sungkeman saat Lebaran bermula dari Solo. Tradisi ini berawal dari Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaran.

Sungkeman sendiri berasal dari kata sungkem yang berarti bersimpuh atau duduk berjongkok sambil mencium tangan orang yang disungkemi. Biasanya sungkeman dilakukan oleh orang muda kepada orang yang lebih tua. Misalnya, oleh seorang anak kepada orangtua mereka.

Hal ini juga dilaksanakan disini kepada para Asatidz. Para santri putri bersimpuh meminta maaf kepada beliau-beliau secara bergiliran. Suasana sungguh penuh haru dan air mata. Teman-teman saling berpelukan, saling meminta maaf satu sama lain.
 "Ah apalagi disini kita kurang tiga bulan lagi bersama". Ucapku sedih.
Rasanya semakin tak ingin berpisah, bukan?

Silaturrahmi Para Guru
Meski cuaca southcity sedang tak bersahabat, begitu panas menyengat ditambah padatnya kendaraan di jalanan, dan yaaa macet adalah hal yang lumrah apalagi dihari pertama lebaran. Namun tak sedikitpun mengubah semangat kami untuk tetap lanjut agenda tradisi hari raya yakni bersilaturrahmi kepada para guru, dosen-dosen yang mengajar kami selama disini.

Pertama adalah sowan kepada Prof Ali Nurdin, sosok yang tenang dan meneduhkan. Kedatangan kami sangat disambut baik beliau dan keluarga. Disuguhi aneka jajan lebaran dan yaaa ada Empek-empek khas Palembang salahsatu makanan favorit saya.

Lanjut perjalanan kedua adalah sowan Abah Khusnul, beliau belum pernah mengajar kami tapi sesekali pernah mengisi acara di pondok. Wajahnya penuh kedamaian. Kedatangan kami juga sangat disambut baik oleh beliau dan keluarga. Kami datang saling berjabat tangan dan tentu tak lupa makan aneka suguhan. Hehe.

Dan lanjut sowan yang terakhir adalah Ustadz Syahrullah, pengasuh pondok juga  sekaligus pengajar kami. Sama halnya dengan sebelumnya, disambut dengan wajah sumringah, saling bermaaf-maafan dan tentu tak lupa meminta didoakan segala kebaikan.

img-20230423-wa0021-644ab0e34addee1d7d7cc8e3.jpg
img-20230423-wa0021-644ab0e34addee1d7d7cc8e3.jpg
Lanjut hari kedua lebaranpun tetap agenda sowan. Kali ini sangat istimewa karena diijinkan sowan ke rumahnya Abi Quraish, sang ulama legendaris, Pakar Tafsir Al-Quran. Tentu menjadi hal yang sangat disyukuri bisa bertemu manusia hebat seperti beliau.

 Tak hanya menjadi moment bersilaturrahmi, pertemuan dengan Abi penuh dengan canda, cerita, juga selalu ada ilmu yang disisipkannya. Salahsatunya beliau bercerita tentang pengalaman-pengalamannya selama di Negara Piramida itu,

Ada 3 pesan Ayah beliau ketika Abi studi di Mesir, yaitu tidak boleh pulang sebelum doktor, selalu bergaul dengan orang-orang Sholeh, dan ikuti jalur (nasab) leluhur. Itulah yang membuat Abi selalu semangat dalam belajar ketika di Mesir,

 Dan salahsatu pesan Abi kepada kami adalah usahakan agar kita tetap semangat belajar, khususnya bagi penghafal Al-Quran agar tak hanya sekedar hafal tapi juga paham maknanya. Oleh karena itu juga harus bisa kuasai ilmu bahasa, sebab bahasa adalah jembatan kita dalam berkomunikasi baik lisan atau tulisan. Pesan sederhana yang begitu bermakna, bukan?

Lalu agenda selanjutnya adalah sowan ke Rumahnya Prof Nasharuddin Umar, Imam Masjid Besar Istiqlal juga mantan wakil Menteri agama RI. Begitu ramai sekali ketika kita tiba disana. Wajar, orang-orang hebat memang banyak sekali tamunya. Hihi. Puji syukur bisa berkesempatan untuk berkunjung dan bersilaturahmi ke beliau.

Tentu tak ada hal lain yang kami harapkan selain keberkahan yang kami dapatkan dari pertemuan kami dengan ulama-ulama hebat seperti beliau-beliau. Doa baik senantiasa juga kami panjatkan untuk beliau dan sekeluarga.

Kembali berbicara tradisi, ada satu hal yang sepertinya menjadi wajib ketika moment lebaran dan mungkin sudah jadi tradisi sejak era jaman millenial. Ya. Foto bersama, Selfi bersama. Bagian akhir yang tak pernah ketinggalan dalam setiap momen apapun, sesi doa sekaligus foto adalah penutup sebelum langkah ijin pamit undur diri.


 "Cekrek-Cekrek-Cekrek" dimanapun tempatnya.


Pada akhirnya lebaran di perantauan tak semenyedihkan seperti apa yang dibayangkan. Lebaran terasa penuh dengan kebahagiaan bersama orang-orang yang tersayang, meski pada suatu hari nanti waktu akan meminta kita untuk mengucap perpisahan.


Laela S. Nida, Santri BQ'30
Tangerang Selatan, 24 April 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun